Brai berasal dari kata “baroya” atau “birahi” yang berarti puncak kenikmatan hubungan manusia dengan sang khalik yang dapat diraih dengan berbagai tahapan. Adapun versi lain di beri nama Brai berasal dari cinta yang mendalam akan Allah dengan menjaga, melestarikan, mengembangkan kesenian Brai secara turun-temurun dari generasi ke generasi supaya tidak punah.
Namun sangat disayangkan dengan masuknya budaya luar terutama barat menurunnya minat masyarakat khususnya kalangan generasi muda terhadap sesuatu yang sifatnya etnik hal tersebut disebabkan oleh pemahaman cara pandang. Mudah sekali rasanya seseorang untuk mengakses berbagai informasi dengan teknologi yang serba canggih seperti di era sekarang ini, sehingga masyarakat meninggalkan tradisi yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya.
Disebutkan oleh para pelaku kesenian Brai lebih banyak dinikmati oleh mereka kalangan yang sudah berusia 40 tahun ke atas sehingga tidak menutup kemungkinan kesenian tersebut bisa dimakan zaman dalam waktu beberapa tahun kedepan. Maka dari itu kesenian Brai mulai banyak di pentaskan, dikenalkan kepada generasi muda sebagai bentuk pelestarian dan sudah seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
