Jokowi juga menolak anggapan bahwa ekonomi cerdas akan menghapus lapangan kerja. “Saya sangat tidak setuju jika dikatakan peluang kerja akan hilang,” katanya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini meyakini peluang justru bertambah jika masyarakat dipersiapkan dengan literasi digital yang kuat. Ia menyebut fenomena regional yang kini menjadi kekuatan baru. Misalnya, startup tumbuh di banyak kota Asia Tenggara, jutaan UMKM beralih ke online, dan unicorn baru bermunculan.
“Unicorn berikutnya bisa datang dari Jakarta, Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, atau Hanoi,” katanya.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Jokowi juga mengkritik secara halur keberadaan lembaga keuangan dan perdagangan global. Ia menilai instrumen dan struktur ekonomi dunia sudah tidak relevan dengan dinamika ekonomi baru.
“IMF dan Bank Dunia harus mendefinisikan ulang instrumen keuangan dan infrastruktur digital mereka,” kata dia. “WTO harus mendefinisikan ulang sistem perdagangan dan tarif. Redefinisi ini bisa dimulai dari sektor pendidikan dan kesehatan.”
Jokowi memprediksi akan ada revolusi robot humanoid –robot yang dirancang tubuh dan perilakunya menyerupai manusia– dan AI secara besar-besaran dalam 5 sampai 15 tahun ke depan. “Jadi, bersiaplah dan waspadalah,” kata dia.
Jokowi menyebut ekonomi berbasis kecerdasan sebagai masa depan yang menuntut integrasi kecerdasan dalam pemerintahan, industri, dan sistem sosial. Negara yang mampu melakukannya akan tumbuh lebih cepat.
Ia juga menegaskan perjalanan transformasi Indonesia belum selesai. “Kita masih terus membangun dengan pondasi yang kuat, inovasi, dan kolaborasi global. Indonesia dan Asia Tenggara akan terus tumbuh di era baru ini,” ujar Jokowi.
