Tren Penurunan Gunung Semeru, PVMBG Antisipasi Potensi Awan Panas Guguran

Erupsi Gunung Semeru/Dok. PVMBG
Erupsi Gunung Semeru/Dok. PVMBG
0 Komentar

AKTIVITAS Gunung Semeru menunjukkan tren penurunan pada Kamis, 20 November 2025, dibandingkan dengan kondisi sehari sebelumnya. Meski demikian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus memperketat pemantauan untuk mengantisipasi potensi awan panas guguran.

Pakar Gunung Api PVMBG, Kristianto, mengonfirmasi adanya penurunan aktivitas berdasarkan pemantauan instrumental dan visual. Namun, pihaknya tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya awan panas susulan.

“Berdasarkan pemantauan secara instrumental dan visual, hari ini menunjukkan penurunan. Namun, tidak menutup kemungkinan masih akan terjadi lagi awan panas,” ujar Kristianto, Kamis, 20 November 2025.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Sementara itu, Kepala PVMBG Priatin Hadi Wijaya mengungkapkan letusan pada Rabu melontarkan energi sangat kuat dengan jarak luncuran awan panas mencapai 15,5 kilometer. Jarak ini lebih jauh dibandingkan luncuran erupsi 4 Desember 2021 yang sejauh 8 kilometer.

Catatan PVMBG menunjukkan luncuran terkuat terjadi pada 4 Desember 2022 dengan jarak mencapai 19 kilometer. Priatin menegaskan pihaknya terus melakukan penguatan pengamatan dengan mengerahkan tim ahli dan tenaga tambahan.

“Kami terus melakukan penguatan pengamatan. PVMBG telah mengirim ahli gunung api dan tambahan tenaga dari pos di gunung lain,” jelasnya.

PVMBG masih melakukan kajian mendalam terhadap rekomendasi zona bahaya di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan. Tim ahli tengah mengevaluasi memperluas radius bahaya yang saat ini berjarak 20 kilometer dari puncak dan radius 8 kilometer untuk area tertentu.

“PVMBG meminta tim ahli untuk membuat rekomendasi, jarak aman tetap 20 kilometer atau lebih diperluas. Termasuk yang 8 kilometer. Kita akan melihat perkembangan terkini dari data pengamatan per 6 jam,” tandas Priatin.

0 Komentar