Menurut Oosthuizen, akomodasi yang dijanjikan kepada para warga Palestina saat kedatangan ternyata hanya dipesan untuk maksimal sepekan. “Ketika mereka sudah menetap di akomodasi ini, kontak mereka dengan (organisasi) Al-Majd menghilang,” kata Oosthuizen.
Dia menambahkan, sejumlah warga Palestina yang telah tiba di Afsel sudah memberi tahu Gift of the Givers bahwa mereka ingin mengajukan suaka.
Menlu Afsel, Ronald Lamola, mengatakan, negaranya sedang menyelidiki kedatangan ratusan warga Palestina dalam dua penerbangan ke negaranya. Kedutaan Besar (Kedubes) Palestina untuk Afsel juga mencurigai perjalanan warganya ke negara tersebut.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Menurut Kedubes Palestina, perjalanan ratusan warganya yang terbagi dalam dua kloter penerbangan, diatur oleh organisasi yang tidak terdaftar. Mereka menilai, organisasi tersebut telah mengeksploitasi kondisi kemanusiaan dari warga Gaza.
“Kelompok tersebut telah menipu keluarga-keluarga, mengumpulkan uang dari mereka, dan memfasilitasi perjalanan mereka dengan cara yang tidak biasa dan tidak bertanggung jawab,” kata Kedubes Palestina di Afsel.
Sejumlah media dan kantor berita telah mencoba menghunungi organisasi Al-Majd melalui nomor yang tercantum di situs webnya. Namun tak satupun nomornya aktif. Sementara alamat yang tertera hanya tertulis lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.
Akhir pekan lalu, otoritas Israel menyampaikan kepada AFP bahwa 153 warga Palestina telah diizinkan meninggalkan Gaza setelah menerima “persetujuan dari negara ketiga untuk menerima mereka”. Namun Israel tak menyebutkan negara yang dimaksud.
Afsel merupakan salah satu negara yang vokal mendukung Palestina dan lantang mengkritik Israel. Ia menjadi negara yang mengajukan gugatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional pada 2023. Afsel menuding Tel Aviv telah melakukan genosida di Jalur Gaza.
