Borobudur Writers and Cultural Festival 2025 Soroti Nisan Islam Nusantara dan Tarekat Syattariyah di Cirebon

Borobudur Writers and Cultural Festival 2025. Dok. Borobudur Writers and Cultural Festival
Borobudur Writers and Cultural Festival 2025.(Dok. Borobudur Writers and Cultural Festival)
0 Komentar

“Dipilihnya Cirebon sebagai tempat penyelenggaraan BWCF ke-14 adalah karena Cirebon selain memiliki tinggalan arkeologis masa Islam yang cukup signifikan, Cirebon juga memiliki sejarah panjang dalam syiar Islam di Pulau Jawa,” kata dia.

“Cirebon memainkan peran vital dalam politik dan kekuasaan bergaya Islam di abad ke-15 dan 16. Pengaruhnya begitu penting, sehingga menjadi akar kesultanan-kesultanan Islam di Pulau Jawa, salah satunya adalah Kesultanan Banten,” sambung Seno.

Menurutnya, Cirebon menyimpan banyak peninggalan bersejarah, mulai dari kompleks keraton (Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan), masjid kuno, hingga makam-makam Islam tua yang kini menjadi destinasi wisata religi.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Selain itu, Cirebon juga punya banyak manuskrip kuno yang berkaitan dengan ajaran Tarekat Syattariyah. Di Cirebon ajaran Syattariyah tak hanya berkembang di pesantren, tapi juga di lingkungan keraton.

“Selain ajaran-ajarannya terhubung dengan pesantren-pesantren, tarekat ini juga terkoneksi dengan keraton-keraton yang ada di Cirebon,” kata dia.

Ia menyebut, BWCF ke-14 ini juga akan membahas bagaimana peran tarekat Syattariyah dalam sejarah perlawanan terhadap kolonialisme.

Di samping itu, BWCF turut menghadirkan program sastra dan seni pertunjukan. Tahun ini ada Malam Puisi untuk Palestina yang menampilkan penyair besar Indonesia seperti Zawawi Imron, Acep Zamzam Noer, Hikmat Gumelar, dan Nenden Lilis.

Festival ini juga akan menghadirkan penyair diaspora Palestina, Samah Sabawi, yang dikenal sebagai penyair, dramawan, dan aktivis perdamaian. BWCF 2025 juga akan menjadi tribute untuk almarhum Uka Tjandrasasmita, arkeolog Universitas Indonesia yang dikenal meneliti nisan-nisan Islam di Nusantara.

Pada malam pembukaan, Helene Njoto, sejarawan seni dan arsitektur asal Prancis, akan membawakan Pidato Kebudayaan bertajuk Tribute untuk Uka Tjandrasasmita, Membaca Kembali Sendang Duwur dan Masjid-Masjid Kuno Nusantara.

“Sendang Duwur adalah situs purbakala Islam yang terletak di Desa Sendang Duwur, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Situs ini juga dikenal dengan nama Masjid Sendang Duwur atau Makam Sunan Sendang,” terang Seno.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

“Di situ terdapat masjid kuno dan mimbar, batu nisan keramat, gapura, pendapa dan tiang berukir dan lain-lain. Uka Tjandrasasmita pernah meneliti Sendang Duwur,” kata dia menambahkan.

0 Komentar