Borobudur Writers and Cultural Festival 2025 Soroti Dunia Manuskrip Tarekat Syattariyah di Cirebon

Borobudur Writers and Cultural Festival 2025. Dok. Borobudur Writers and Cultural Festival
Borobudur Writers and Cultural Festival 2025.(Dok. Borobudur Writers and Cultural Festival)
0 Komentar

“Untuk itulah tema BWCF kali ini selain membahas nisan-nisan nusantara juga akan mengangkat soal dunia manuskrip Tarekat Syattariyah di Cirebon. Terkhusus akan dibahas bagaimana gerakan Syattariyah juga di masa lalu memiliki kontribusi untuk mengilhami perlawanan-perlawanan terhadap kolonialisme Belanda,” tuturnya.

Sejarawan dan Penyair yang Hadir

Prof Dr Peter Carey, misalnya dalam kesempatan BWCF ini akan mengemukakan bagaimana Diponegoro juga terpengaruh oleh gerakan Syattariyah, sehingga ia berani menghadapi Belanda.

Ada pula progam berkaitan dengan sastra dan seni pertunjukan dengan menghadirkan para penyair terkemuka Indonesia yang sering mengolah tema-tema spiritual Islam dalam sajak-sajaknya antara lain Zawawi Imron, Acep Zamzam Noer, Hikmat Gumelar, dan Nenden Lilis, untuk membacakan puisinya dalam Malam Puisi untuk Palestina.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Dalam malam puisi tersebut, BWCF akan mengundang seorang penyair diaspora Palestina, Dr Samah Sabawi, bersedia hadir untuk membacakan sajak-sajaknya.

Festival kali ini merupakan tribute terhadap almarhum arkeolog UI yang di masa hidupnya sangat menekuni penelitian mengenai nisan-nisan nusantara yaitu Uka Tjandrasasmita (1934-2010). Semasa hidupnya, Uka banyak melakukan penelitian di Banten lama (Kesultanan Banten), Cirebon (Kasultanan dan tradisi Islam pesisir), Trowulan (hubungan Majapahit dengan awal Islam),·Giri Kedaton dan Gresik (Sunan Giri, Sunan Maulana Malik Ibrahim), Gampong Pande – Aceh (nisan dan jejak Islam awal).

Secara khusus pada malam opening BWCF 2025 akan dihadirkan Pidato Kebudayaan yang akan membahas salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Uka Tjandrasasmita. Pidato kebudayaan akan dibawakan oleh Dr Helene Njoto, seorang sejarawan seni dan arsitektur dari Perancis, dengan pidato yang berjudul Tribute untuk Uka Tjandrasasmita: Membaca Kembali Sendang Duwur dan Masjid-Masjid Kuno Nusantara.

0 Komentar