Tiga anak Jenderal Besar TNI Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (kedua kanan), Siti Hediati Hariyadi (kanan) dan Bambang Trihatmodjo (kiri) berfoto saat menghadiri upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). (Foto: Antara/Hafidz Mubarak)Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang memimpin Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK), menegaskan bahwa pemberian gelar ini didasarkan pada ‘kontribusi, latar belakang, dan kisah hidup’ yang telah diverifikasi melalui kajian akademis dan ilmiah yang menyeluruh.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI HM Jusuf Kalla yang menekankan bahwa masyarakat harus menerima penetapan ini sebagai kenyataan. “Kalau sudah diresmikan oleh pemerintah, itu bukan lagi pro kontra. Sebelumnya pro kontra, nah kita harus menerima itu sebagai suatu kenyataan bahwa mungkin saja Pak Harto mempunyai sedikit kekurangan, ada kekurangan, tapi lebih banyak jasanya kepada negara ini,” kata JK.
Perspektif Global yang Kompleks
Beberapa media asing, seperti AFP, Malay Mail, dan Nikkei Asia, memang menyoroti penganugerahan ini bersamaan dengan riak protes dari aktivis. Namun, sorotan ini merupakan bagian dari dinamika politik dan sejarah yang wajar terjadi pada tokoh sekaliber Soeharto. Penilaian terhadap tokoh besar memang seringkali bersifat majemuk, mencakup keberhasilan pembangunan di satu sisi, dan isu-isu politik di sisi lain.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Yang menarik, media Singapura, Channel News Asia (CNA), mencatat bahwa Soeharto dianugerahi gelar bersamaan dengan tokoh-tokoh yang mewakili spektrum sejarah yang luas, termasuk tokoh buruh Marsinah dan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Penempatan potret Soeharto, Sang Inisiator Pembangunan, di barisan depan, bersama tokoh-tokoh yang mewakili pluralisme dan perjuangan, mengindikasikan upaya Pemerintah untuk merajut narasi kebangsaan yang mengakui seluruh kontribusi dari setiap era.
Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo, mantan menantu beliau, juga dipandang oleh juru bicara Istana sebagai upaya menghormati para pendahulu bangsa yang telah memberikan jasa luar biasa.
Dengan gelar Pahlawan Nasional ini, Indonesia secara resmi mengakui Soeharto sebagai sosok yang mendedikasikan hidupnya untuk stabilitas, kemandirian ekonomi, dan kemajuan infrastruktur.
