Media Asing Soroti Gelar Pahlawan Nasional Soeharto

Presiden Prabowo Subianto (kanan) menyerahkan anugerah gelar pahlawan nasional kepada anak Jenderal Besar TNI
Presiden Prabowo Subianto (kanan) menyerahkan anugerah gelar pahlawan nasional kepada anak Jenderal Besar TNI Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (kedua kiri) dan Bambang Trihatmodjo (kiri) di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). (Foto: Antara/Hafidz Mubarak)
0 Komentar

KEPUTUSAN Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada mendiang Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia, pada Senin (10/11/2025) merupakan penegasan penting atas kontribusi luar biasa beliau terhadap fondasi negara.

Penganugerahan yang digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan di Istana Negara, Jakarta, ini adalah puncak pengakuan negara terhadap jasa ‘Bapak Pembangunan’ yang telah mengantarkan Indonesia mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi selama tiga dekade.

Penetapan gelar ini, yang tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK Tahun 2025, menempatkan Soeharto sejajar dengan tokoh-tokoh besar bangsa lainnya. Prosesi yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, yang merupakan seorang perwira Kopassus yang meniti karier di masa kepemimpinan Soeharto, ini disambut sebagai langkah berani untuk merefleksikan sejarah secara utuh dan adil.

Jasa Soeharto: Stabilitas, Pembangunan, dan Swasembada Pangan

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Meskipun penganugerahan ini memicu reaksi di sejumlah media asing, sebagian besar laporan internasional tidak dapat menafikan babak penting dalam sejarah Indonesia yang dibentuk oleh kepemimpinan Soeharto.

Reuters, misalnya, mencatat bagaimana Soeharto, seorang perwira militer, mengambil alih kendali dari Presiden pertama Soekarno pada tahun 1967 dan kemudian memimpin Indonesia melewati tiga dekade pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabilitas.

Memang, jasa Soeharto dalam memulihkan ekonomi yang kacau pasca-Orde Lama adalah warisan yang tak terbantahkan. Dengan bantuan para teknokrat, beliau berhasil menekan hiperinflasi yang mencapai 650 persen menjadi dua digit dalam waktu singkat.

Langkah-langkah strategis seperti Paket Kebijakan Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi, serta penerbitan UU Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), membuka pintu investasi yang memicu pertumbuhan ekonomi hingga lebih dari 10 persen pada akhir 1960-an.

Prestasi yang paling monumental adalah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984, mengubah status Indonesia dari pengimpor beras terbesar dunia menjadi negara yang mampu memenuhi pangannya sendiri.

Hal ini dicapai berkat program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang terstruktur dan masif, pembangunan infrastruktur pertanian seperti irigasi dan pabrik pupuk, serta kebijakan yang berfokus pada kesejahteraan dasar rakyat, seperti program Keluarga Berencana (KB) yang diakui dunia.

0 Komentar