Mesir-Rusia Bahas Perkembangan Terbaru Gencatan Senjata di Gaza, Tolak Pembentukan 'Entitas Paralel' di Sudan

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty. (Foto AFP)
Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty. (Foto AFP)
0 Komentar

MENTERI Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty dan Menlu Rusia Sergey Lavrov membahas perkembangan terbaru terkait gencatan senjata di Gaza serta menolak pembentukan “entitas paralel” di Sudan, dalam percakapan telepon pada Sabtu.

Dalam pernyataan resmi, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan Abdelatty menegaskan upaya berkelanjutan Mesir untuk memperkuat kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan memastikan seluruh ketentuannya dijalankan secara penuh.

Ia menekankan pentingnya beralih ke fase kedua dari rencana tersebut, yang mencakup aspek politik, pembangunan, dan kemanusiaan, guna menjamin ketenangan yang berkelanjutan dan stabilitas kawasan.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh Turki, Mesir, dan Qatar di bawah pengawasan AS mulai berlaku pada 10 Oktober, setelah perang dua tahun di Gaza.

Israel mensyaratkan negosiasi fase kedua baru bisa dimulai setelah seluruh jenazah sandera diserahkan. Namun Hamas menyebut proses itu membutuhkan waktu karena besarnya kerusakan di wilayah tersebut.

Abdelatty juga menyoroti persiapan konferensi internasional di Kairo untuk rekonstruksi Gaza, menekankan pentingnya dukungan global dalam membangun kembali wilayah itu dan meredakan penderitaan kemanusiaan.

Mesir saat ini tengah menjalankan rencana rekonstruksi lima tahun yang disetujui Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) senilai sekitar 53 miliar dolar AS, sementara PBB memperkirakan biaya pemulihan Gaza mencapai 70 miliar dolar AS.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 69.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 170.600 lainnya.

Bahas Krisis Sudan

Dalam isu Sudan, kedua menteri menegaskan pentingnya menjaga lembaga-lembaga negara Sudan dan menolak segala bentuk entitas paralel. Abdelatty menyerukan upaya regional dan internasional yang terkoordinasi untuk mencapai gencatan senjata kemanusiaan menyeluruh serta membuka koridor aman bagi pengiriman bantuan.

Ia juga mengecam pelanggaran serius yang dilakukan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, dan menyatakan keprihatinan mendalam atas memburuknya situasi kemanusiaan.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Pada 26 Oktober, RSF merebut El-Fasher dan diduga melakukan pembantaian terhadap warga sipil, menurut laporan lembaga lokal dan internasional, di tengah kekhawatiran bahwa serangan itu dapat memperdalam pembagian wilayah Sudan.

0 Komentar