Ia menggambarkan Agartha sebagai teokrasi rahasia di bawah bumi, dihuni jutaan manusia yang dipimpin oleh Brahmatma, Mahatma, dan Mahanga—tokoh spiritual yang menjaga warisan pengetahuan kuno dan kekuatan besar bernama Vril.
Akses ke kota ini, menurutnya, hanya bisa dilakukan lewat perjalanan astral.
Narasi ini diperkuat oleh Ferdinand Ossendowski yang menulis tentang “Agharti” dalam konteks Asia Tengah, serta oleh Rene Guenon yang menyebut Agartha sebagai pusat spiritual dunia yang diperintah oleh “King of the World”.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Agartha juga diyakini melestarikan bahasa primordial umat manusia bernama Vattan atau Vaitan, dan berfungsi sebagai penjaga keseimbangan dunia dari kegelapan Zaman Kali Yuga.
Setelah Perang Dunia II, Agartha diserap dalam mitologi ekstrem kanan Eropa. Penulis seperti Wilhelm Landig menciptakan narasi fiksi-filosofis yang menyatakan bahwa Nazi dibimbing oleh “tangan kanan Agartha” dalam perjuangan metafisik melawan kekuatan destruktif bernama Shambhala dengan Joseph Stalin sebagai agen mereka.
Sementara itu, Miguel Serrano—seorang pendukung gagasan “Esoteric Hitlerism”—percaya bahwa ras Arya Hyperborean yang ilahi dahulu kala telah melarikan diri ke Agartha setelah bencana global, dan suatu saat akan muncul kembali sebagai penyelamat umat manusia.
Serrano juga menghubungkan Agartha dengan simbol Matahari Hitam (Black Sun), lambang okultis yang kini sering digunakan dalam simbolisme supremasi kulit putih.
Secara geografis, Agartha dikatakan berada di bawah pegunungan Himalaya atau tersembunyi di balik kutub bumi. Namun, bagi banyak penganutnya, eksistensi Agartha bersifat simbolis—sebagai representasi dunia ideal yang bersih dari dekadensi moral dan rasial.
Nazi Melarikan Diri ke Agartha?
Mitos bahwa Nazi melarikan diri ke Agartha merupakan bagian dari legenda esoteris yang berkembang setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II. Gagasan ini bukanlah fakta sejarah, melainkan kombinasi antara ide mistik, simbolisme rasial, dan teori konspirasi yang tumbuh di kalangan pengikut ideologi ekstrem kanan.
Setelah perang, muncul keyakinan bahwa sebagian elite Nazi tidak hancur, melainkan berhasil melarikan diri ke pangkalan rahasia di kutub atau ke Agartha menggunakan V7 pesawat yang berbentuk UFO.
