Cheney menyebut insiden itu sebagai “salah satu hari terburuk dalam hidup saya”. Whittington selamat dan memaafkannya, tetapi selama berbulan-bulan para komedian dan satiris di televisi menjadikannya bahan olok-olok.
Ketika Bush Jr. memulai kampanye pertamanya pada tahun 2000, ia meminta bantuan Cheney — sosok berpengalaman di dunia politik Washington yang saat itu telah kembali ke bisnis minyak sebagai CEO Halliburton. Cheney ditunjuk memimpin tim untuk mencari calon wakil presiden yang ideal.
Namun pada akhirnya, Bush Jr. justru memilih Cheney sendiri. Keduanya kemudian menghadapi pertarungan panjang pasca-pemilu 2000, dengan penghitungan ulang suara di Florida dan gugatan hingga Mahkamah Agung sebelum akhirnya dinyatakan menang.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Cheney memimpin proses transisi pemerintahan bahkan sebelum kemenangan resmi dipastikan, membantu memastikan awal pemerintahan Bush Jr. berjalan mulus. Dalam kabinet, ia kerap menjadi penengah di antara departemen yang berebut anggaran — dan sering kali, keputusannya menjadi kata akhir.
Di Kongres, ia melobi keras untuk kebijakan presiden di lorong-lorong yang dulu pernah ia kenal sebagai anggota parlemen. Banyak lelucon beredar bahwa Cheney adalah “orang nomor satu yang sesungguhnya di Washington” — dan Bush Jr. pun sering menanggapinya dengan tawa. Namun menjelang akhir masa jabatannya, lelucon itu memudar ketika Bush Jr. mulai tampil sebagai pemimpin yang sepenuhnya mandiri.
Cheney kemudian pensiun di Jackson Hole, Wyoming, tak jauh dari tempat Liz membeli rumah beberapa tahun kemudian. Dengan menetap di sana, Liz mencalonkan diri dan berhasil memenangkan satu-satunya kursi Wyoming di DPR AS pada 2016 — kursi yang dulu pernah diduduki ayahnya.
Cheney mendukung penuh Liz saat ia menjabat sebagai wakil ketua Komite DPR AS yang menyelidiki serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Sikap keras Liz terhadap Trump membuatnya dikucilkan di Partai Republik, terutama di Wyoming yang sangat konservatif.
Terpilih sebagai anggota DPR pada 2016 dan kembali menang pada 2018, Liz mendapat pujian luas dari banyak Demokrat dan pengamat politik karena keberaniannya menentang Trump. Namun, dukungan ayahnya tak cukup menyelamatkannya; dalam upaya ketiganya mencalonkan diri pada 2022, ia kalah telak dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik — kejatuhan tajam setelah kariernya melesat cepat di panggung politik nasional.
