Ia lahir pada 30 Januari 1941 di Lincoln, Nebraska. Ia tumbuh besar di Casper, Wyoming, dan meniti karier dari awal yang sederhana sebelum menjadi salah satu figur paling berpengaruh di politik Amerika Serikat.
Cheney menempuh pendidikan di University of Wyoming, di mana ia meraih gelar sarjana dan magister ilmu politik. Setelah bekerja di pemerintahan Nixon, ia kemudian dipercaya menjadi Kepala Staf Gedung Putih di bawah Presiden Gerald Ford. Pada 1978, Cheney terpilih menjadi anggota Kongres mewakili Wyoming dan menjabat selama enam periode.
Kariernya mencapai puncak ketika Presiden George H. W. Bush menunjuknya sebagai Menteri Pertahanan pada 1989. Cheney mengoordinasikan invasi Panama dan operasi militer “Desert Storm” yang berhasil mengusir pasukan Irak dari Kuwait.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Selepas itu, Cheney sempat menjabat CEO perusahaan energi Halliburton sebelum kembali ke pemerintahan sebagai wakil presiden mendampingi George W. Bush pada 2001. Dalam pemerintahan Bush, ia memainkan peran sentral dalam kebijakan keamanan nasional dan menjadi penggerak utama strategi militer AS pasca-serangan 11 September.
Cheney dikenal tegas dan pragmatis, namun juga menuai kritik atas dukungannya terhadap metode interogasi keras terhadap tersangka terorisme dan penahanan tanpa pengadilan di Guantanamo Bay.Meski kontroversial, banyak pihak mengakui keahliannya dalam strategi pemerintahan dan pengaruh besarnya di balik layar.
Setelah meninggalkan Gedung Putih pada 2009, Cheney menulis beberapa buku, termasuk memoar yang membahas kehidupan pribadi dan karier politiknya. Di masa tuanya, ia tetap vokal dalam isu-isu nasional, terutama menentang Donald Trump dan pergeseran partainya menuju populisme
Hal ini terutama dipicu oleh kiprah Liz Cheney, putri sulungnya, yang muncul sebagai salah satu pengkritik paling keras terhadap Trump.
“Dalam sejarah bangsa kita selama 246 tahun, tak pernah ada seseorang yang menjadi ancaman lebih besar terhadap republik kita dibanding Donald Trump,” kata Cheney dalam sebuah iklan televisi yang dibuat untuk mendukung putrinya. “Ia mencoba mencuri pemilu terakhir dengan kebohongan dan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan setelah para pemilih menolaknya. Ia adalah seorang pengecut.”
Dalam sebuah ironi politik yang tak terbayangkan di masa mudanya, Cheney bahkan menyatakan pada tahun 2024 bahwa ia memilih kandidat Demokrat, Kamala Harris, dalam pemilu untuk menentang Trump.
