Seorang staf medis yang mengetahui kasus ini, yang berbicara dengan syarat anonim karena khawatir akan keselamatannya, mengatakan bahwa tahanan tersebut tiba di rumah sakit sipil dalam kondisi yang mengancam jiwa dengan trauma tumpul di perut dan dada serta patah tulang rusuk.
Ia mengatakan bahwa tahanan tersebut menjalani operasi untuk rektum yang berlubang dan dikembalikan ke Sde Teiman beberapa hari kemudian. Staf tersebut mengatakan bahwa itu adalah kasus penyiksaan paling ekstrem yang ia ketahui dari Sde Teiman.
Ketika polisi militer datang ke Sde Teiman pada Juli untuk menahan para tentara yang diduga melakukan penyiksaan, mereka bentrok dengan para pengunjuk rasa yang menentang penangkapan tersebut. Kemudian, ratusan pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan menerobos masuk ke pusat penahanan.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Dalam surat pengunduran dirinya, Tomer-Yerushalmi menulis bahwa ia telah mengungkap bukti pelecehan tersebut untuk membantah anggapan bahwa militer Israel secara tidak adil menargetkan prajuritnya sendiri. Gagasan itu membahayakan penegakan hukum militer, ujarnya, merujuk pada kasus pembobolan penjara tersebut.
Ia menulis bahwa militer memiliki “kewajiban untuk menyelidiki jika ada kecurigaan yang wajar akan adanya kekerasan terhadap seorang tahanan.”
Militer Israel mengatakan pada Februari bahwa mereka telah mengajukan tuntutan terhadap lima tentara cadangan yang terkait dengan pemerkosaan biadab di Sde Teiman.
Mereka didakwa “bertindak terhadap tahanan dengan kekerasan berat, termasuk menusuk bokong tahanan dengan pisau, yang menembus dekat rektumnya”.
Ditambahkan pula bahwa “tindakan kekerasan tersebut telah menyebabkan cedera fisik yang parah pada tahanan, termasuk tulang rusuk yang retak, paru-paru yang tertusuk, dan robekan rektum bagian dalam hingga merusak ususnya”.
Penyiksaan dan penganiayaan Israel terhadap tahanan Palestina telah dilaporkan selama bertahun-tahun. Namun, jumlahnya meningkat sejak genosida terakhir Israel di Gaza, dan beberapa politisi Israel bahkan membela praktik tersebut.
Setidaknya 75 tahanan Palestina telah meninggal di penjara-penjara Israel sejak 7 Oktober 2023, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
Bahkan jenazah warga Palestina yang dikembalikan oleh Israel menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, banyak di antaranya memiliki bekas luka di tubuh mereka, atau beberapa di antaranya masih mengenakan penutup mata dan borgol.
