MESKIPUN Uni Emirat Arab (UEA) memberikan 70 juta dolar AS kepada badan-badan PBB untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi di Sudan, tudingan bahwa negara itu mendukung kelompok Pasukan Dukungan Cepat (RSF) bermunculan. Mengapa tudingan yang berulang kali disangkal pemerintah UEA tersebut mencuat?
Kabar soal dukungan UEA terhadap RSF sudah mengemuka sejak 2020, tak sampai setahun sejak pemimpin Sudan Omar al-Bashir digulingkan pada 2019. Pada Agustus 2020, media-media Arab dan Israel melaporkan kepala agen mata-mata Mossad bertemu dengan seorang pejabat senior Sudan dalam pertemuan yang diselenggarakan Uni Emirat Arab.
RSF berkembang dari milisi Arab yang dikenal sebagai Janjaweed yang membantu tentara Sudan menumpas pemberontakan di Darfur pada tahun 2000-an.Kekuatan signifikan mereka membuat Israel menjalin hubungan untuk mengamankan rencana normalisasi hubungan dengan Sudan.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Penasihat keamanan nasional UEA Tahnoun bin Zayed Al Nahyan disebut mengatur pertemuan antara Yossi Cohen dan pemimpin RSF Mohammed Hamdan Dagalo. Saat itu, Dagalo yang juga dikenal dengan nama Hemedti masih menjabat wakil kepala dewan militer yang berkuasa di Sudan dan belum pecah kongsi dengan panglima militer Sudan (SAF) Abdul Fattah al-Burhan.
UEA kala itu berperan sebagai makelar normalisasi Israel-Sudan setelah sebelumnya bergabung dengan sejumlah negara Arab lainnya menjalin hubungan diplomasi dan dagang dengan Israel melalui Perjanjian Abraham. Pihak militer Sudan saat itu yang didekati untuk normalisasi karena kelompok sipil menolak.
Pada November 2022, media Israel Haaretz mengungkapkan bahwa dengan koneksi UEA itu, RSF memperoleh teknologi pengawasan canggih Israel, diam-diam dikirim ke Khartoum melalui pesawat yang terhubung dengan mantan pejabat Mossad.
Dengan alat-alat tersebut, RSF bisa mengimbangi bahkan mengungguli kekuatan SAF. Senjata-senjata itu juga jadi modal penting Dagalo mencoba merebut kekuasaan dari al-Burhan.
Seiring eskalasi perang, pada 2023 pemerintah Sudan secara resmi menuding UEA mendukung RSF. Pada November 2023, Reuters melaporkan seorang jenderal penting Sudan mengatakan UEA mengirimkan pasokan ke RSF, dan secara terbuka menuduh UEA terlibat dalam perangnya dengan saingan paramiliternya yang kuat untuk pertama kalinya.
