Di luar urusan politik dan ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di bawah rezim Maduro menjadi alasan paling emosional bagi AS untuk bertindak. Laporan PBB dan berbagai organisasi HAM menggambarkan penyiksaan, penahanan sewenang-wenang, dan eksekusi terhadap lawan politik maupun jurnalis.
Bagi Washington, membawa Maduro ke pengadilan bukan sekadar tindakan hukum, melainkan upaya simbolik untuk mengakhiri impunitas dan memberi keadilan bagi para korban penindasan di Venezuela.
Krisis ekonomi dan kemanusiaan yang parah di Venezuela, yang menyebabkan jutaan warga mengungsi ke negara tetangga, juga menjadi faktor yang membuat AS geram. AS menyalahkan salah urus ekonomi dan korupsi yang meluas di bawah pemerintahan Maduro sebagai penyebab utama bencana ini.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Krisis ini menciptakan ketidakstabilan regional, dengan negara-negara tetangga seperti Kolombia dan Brasil harus menanggung beban akibat gelombang pengungsi. AS memandang penangkapan Maduro sebagai solusi untuk mengakhiri penderitaan rakyat Venezuela dan memulihkan stabilitas negara tersebut.
AS juga menuduh Maduro berkolusi dengan sekutu-sekutu yang dianggap musuh AS, seperti Rusia, Cina, Iran, dan Kuba. Kehadiran personel militer dan intelijen dari negara-negara ini di Venezuela dipandang AS sebagai ancaman terhadap keamanan nasionalnya di halaman belakangnya sendiri.
AS geram dengan keputusan Maduro yang seringkali menantang Washington secara terbuka, menuduhnya melakukan “perang ekonomi” dan intervensi imperialis, yang semakin meningkatkan retorika anti-Amerika dari Caracas.
Mantan Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyatakan ketidaksukaannya terhadap Maduro dalam berbagai kesempatan. Pada 20 Februari 2017, saat berbicara di Florida International University, Miami, Florida, Donald Trump mengatakan, “Maduro adalah boneka Kuba. Boneka yang tidak stabil. Boneka yang didominasi oleh Kuba. Dan kami akan melonggarkan cengkeraman penindasan Kuba dan Venezuela”.
Pernyataan ini menunjukkan pandangan AS bahwa Maduro adalah ancaman yang harus ditangani.
Trump juga pernah menyatakan pada 18 September 2018 di PBB, New York, bahwa, “Di Venezuela, kami menyaksikan tragedi kemanusiaan yang disponsori oleh negara… Lebih dari 2 juta orang melarikan diri dari rezim Maduro dan sosialisme yang menyakitkan yang diperkenalkan oleh rezim tersebut… Kami meminta negara-negara yang ada di sini untuk bergabung dengan kami dalam menyerukan pemulihan demokrasi Venezuela.” Pernyataan ini menunjukkan fokus AS pada krisis kemanusiaan di Venezuela.
