Keluarga Jurnalis Al Jazeera Abu Akleh Tuding Amerika Serikat Tutupi Fakta Penembakan yang Dilakukan Israel

Keluarga Jurnalis Al Jazeera Abu Akleh Tuding Amerika Serikat Tutupi Fakta Penembakan yang Dilakukan Israel
Sebuah bangunan tinggi dapat dilihat di bagian atas gambar yang menangkap pelayat yang memberikan penghormatan di lokasi kematian Shireen Abu Akleh. Sumber: Telegram).
0 Komentar

TUDUHAN serius dilayangkan oleh keluarga jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, yang tewas ditembak tentara Israel pada 2022. Tony Abu Akleh menuduh Pemerintah Amerika Serikat (AS) berupaya menutupi fakta setelah laporan New York Times mengungkap kesaksian Kolonel Steve Gabavics.

Penyelidik militer AS tersebut menyimpulkan bahwa Shireen ditembak secara sengaja, namun keputusan itu kemudian dilunakkan oleh atasannya dan Pemerintahan Biden demi menjaga relasi dengan Israel.

Melalui wawancara dengan BBC, Tony Abu Akleh menyatakan bahwa temuan atau pengakuan baru tersebut semakin memperkuat keyakinan keluarga bahwa pembunuhan Shireen dilakukan secara disengaja. Hal ini terjadi meskipun Shireen saat itu telah menggunakan rompi biru dengan jelas bertuliskan “Press.”

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

“Sejak hari pertama kami tahu segalanya. Mereka berusaha menutupinya, jelas untuk keuntungan politik,” ujarnya.

“Kami yakin pemerintah AS sengaja mengecilkan temuan ini hanya untuk menghindari pertanggungjawaban Israel, yang sungguh mengecewakan. Tidak ada pemerintah yang boleh mengkompromikan kebenaran dan keselamatan warganya demi kepentingan politik,” tambahnya.

Shireen Abu Akleh tewas akibat tembakan di kepala ketika meliput operasi militer Israel di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, pada Mei 2022. Rekannya, Ali al-Samoudi, turut terluka dalam insiden tersebut.

Awalnya, militer Israel (IDF) menuduh kelompok bersenjata Palestina sebagai pelaku, namun kemudian mengakui kemungkinan besar tentara mereka sendiri yang menembak secara tidak sengaja. Pemerintah AS pun mendukung kesimpulan itu, menyebut tidak ada bukti bahwa Shireen menjadi target dengan sengaja.

Namun, Kolonel Gabavics mengatakan bahwa bukti yang ia temukan menunjukkan dengan jelas bahwa hal itu disengaja. Ia menegaskan bahwa hasil penyelidikannya diperhalus karena alasan politik untuk menghindari keretakan diplomatik antara AS dan Israel.

“Saya ingin pemerintah benar-benar kembali, berbicara dengan Israel dan meminta pertanggungjawaban mereka, agar mereka melakukan penyelidikan yang sebenarnya, meskipun sudah bertahun-tahun berlalu,” katanya.

Menurut Tony Abu Akleh, tindakan AS kala itu hanya berfungsi sebagai bentuk pemakluman atas apa yang dilakukan IDF. Tony menegaskan, dengan adanya tuntutan pertanggungjawaban dari AS terhadap pelaku penembakan, nyawa jurnalis di Gaza di masa depan bisa terselamatkan.

0 Komentar