Namun, di balik kemenangan politik jangka pendek itu, tersembunyi bahaya-bahaya besar yang justru mengancam posisinya, baik di tingkat domestik, regional, maupun internasional. Aneksasi akan membawa Netanyahu ke dalam medan ranjau yang penuh dengan konsekuensi tak terduga.
Di tingkat internasional, Netanyahu akan menghadapi isolasi diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selama ini, Israel masih menikmati dukungan, atau setidaknya perlindungan, dari sekutu-sekutu utamanya seperti Amerika Serikat. Namun, aneksasi secara terang-terangan melanggar hukum internasional dan konsensus global tentang solusi dua negara.
Negara-negara Eropa, yang selama ini bersikap lebih kritis, akan didesak untuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras. Bahkan dukungan dari Washington bisa saja goyah jika terjadi perubahan administrasi di AS. Netanyahu, yang selama ini mahir memanfaatkan panggung internasional, tiba-tiba akan menjadi pemimpin yang terpojok dan dikucilkan.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Ancaman yang lebih langsung datang dari aspek keamanan nasional. Aneksasi Tepi Barat hampir dipastikan akan memicu gelombang kekerasan dan ketidakstabilan yang baru. Hal ini bisa berkisar dari protes massal dan bentrokan bersenjata hingga memicu perlawanan bersenjata yang lebih terorganisir dari kelompok-kelompok Palestina.
Situasi keamanan yang memburuk akan langsung dianggap sebagai kegagalan kepemimpinan Netanyahu. Publik Israel, yang menghargai stabilitas dan keamanan, akan mempertanyakan kemampuannya sebagai “pelindung negara” jika kebijakannya justru menyeret Israel ke dalam konflik berdarah yang baru tanpa akhir yang jelas.
Di dalam negeri, langkah aneksasi justru berpotensi memecah belah koalisi pemerintahannya sendiri. Pemerintahan Netanyahu terdiri dari gabungan partai-partai dengan kepentingan yang sangat beragam, dari kanan jauh hingga partai tengah yang lebih pragmatis. Aneksasi bisa menjadi batu ujian yang memicu perpecahan internal.
Menteri-menteri dari partai yang lebih moderat mungkin akan mengancam hengkang dari koalisi, yang dapat menjatuhkan pemerintahan dan memaksa diadakan pemilu lebih cepat. Dengan demikian, upaya Netanyahu untuk mempertahankan kekuasaan dengan memuaskan sayap kanan justru bisa menjadi bumerang yang menggulingkannya.
Dari perspektif demografi, aneksasi adalah bom waktu. Dengan menganeksasi Tepi Barat, Israel akan secara resmi memasukkan populasi Palestina yang besar ke dalam wilayah kedaulatannya.
