Ini merupakan taktik retorika klasik yang menggambarkan musuh sebagai ancaman eksistensial yang sekaligus rapuh dan terpecah belah.
Kritik terhadap Kepemimpinan Eropa: Russophobia dan Pengaruh Asing
Naryshkin kemudian melakukan personalisasi dengan menyebut nama pemimpin Eropa seperti Macron dan Von der Leyen. Ia menuduh mereka “dibina oleh struktur Alexander Soros” dan hanya menawarkan “Russophobia” serta percepatan militerisasi sebagai solusi.
Russophobia adalah ketidaksukaan, ketakutan, atau prasangka negatif terhadap Rusia, orang-orang Rusia, atau hal-hal lain yang terkait dengan kebudayaan Rusia.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Istilah ini mencakup berbagai spektrum sentimen, mulai dari pandangan negatif, kebencian, hingga stereotip yang berkembang dari waktu ke waktu, terutama selama periode Perang Dingin.
Halaman 5 / 5Berbagai faktor, termasuk ketegangan geopolitik, kebijakan luar negeri Rusia, dan propaganda, sering kali memicu dan memperkuat sentimen Russophobia di kalangan masyarakat internasional. Fenomena ini dapat memiliki konsekuensi yang signifikan, termasuk diskriminasi terhadap orang Rusia dan konflik diplomatik.
Pernyataan Naryshkin itu bertujuan untuk mendiskreditkan legitimasi dan kemandirian politik para pemimpin Eropa. Dia menggambarkan mereka sebagai pion yang tidak berpikir mandiri dan dipengaruhi oleh kekuatan yang lebih besar.
6. Posisi Resmi Kremlin tak Selamanya Bertahan
Di akhir pidato, ditegaskan kembali posisi resmi Kremlin yang paradoks: Rusia menyatakan diri tidak mengancam siapapun, tetapi secara bersamaan menyatakan tidak akan tinggal diam terhadap tindakan yang membahayakan kepentingannya.
Peringatan ini berfungsi sebagai justifikasi pencegahan dan kewaspadaan untuk setiap tindakan militer atau balasan keras yang mungkin dilakukan Rusia di masa depan, dengan dalih “mempertahankan diri.”
Pidato Naryshkin bukan sekadar laporan intelijen, melainkan sebuah dokumen strategis yang dirancang untuk konsumsi domestik dan internasional. Ia membingkai konflik tidak sebagai agresi Rusia, tetapi sebagai konsekuensi dari provokasi Barat yang tak henti-hentinya.
Dengan menggabungkan tuduhan spesifik, analisis geostrategis, dan retorika yang memecah belah, Rusia berusaha untuk melemahkan kohesi NATO, membenarkan mobilisasi militernya sendiri, dan memposisikan diri sebagai pihak yang waspada dan rasional dalam menghadapi Barat yang dianggap tidak stabil dan agresif. Keefektifan narasi ini akan sangat bergantung pada penerimaan audiensnya, baik di dalam maupun luar Rusia.