MENTERI Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, Presiden Soeharto dapat memimpin Indonesia selama 32 tahun berturut-turut karena presiden RI ke-2 itu mampu menjaga inflasi agar tetap rendah serta stabilitas sosial politik.
Selain itu, stabilitas harga beras juga menjadi faktor lain yang membuat Soeharto dapat menjadi orang nomor satu di Indonesia selama lebih dari tiga dekade.
“Inflasi itu bisa menjaga stabilitas sosial politik. Jadi, salah satu rahasia kenapa Pak Harto bisa bertahan 32 tahun adalah beliau bisa menjaga stabilitas harga beras utamanya, yang lain akan ikut harga beras,” kata dia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Sebagai informasi, pada awal rezim kepemimpinan Soeharto, yakni pada 1966, tingkat inflasi tercatat sangat tinggi, sekitar 650 persen. Namun, inflasi berhasil ditekan secara drastis menjadi 120 persen pada 1967 dan 80 persen pada 1968.
Melalui kebijakan stabilitas ekonomi dan pembangunan dalam Repelita I, inflasi kembali dapat diturunkan hingga ke level 47,8 persen pada 1974.
Berkaca dari keberhasilan Presiden Soeharto, Purbaya menilai bahwa salah satu kunci agar pemimpin daerah dapat memperoleh popularitas tinggi—sehingga kembali terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) berikutnya—adalah menjaga inflasi tetap rendah.
Sementara itu, untuk memastikan inflasi terkendali, pemerintah daerah perlu menjaga agar harga berbagai komoditas, terutama beras, tetap stabil.
“Jadi, inflasi ini amat penting sekali juga untuk meningkatkan popularitas pemimpin daerah. Kalau di daerahnya harganya nggak terkendali, pasti nanti ke depannya kalau ada Pemilu nggak kepilih lagi. Kalau Bapak, Ibu bisa ngendaliin harga di daerah, hampir pasti bisa kepilih lagi tanpa embel-embel yang lain,” tambahnya.
Karena itu, daerah perlu mengendalikan inflasi melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) serta bersinergi dengan Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP). Dengan inflasi yang terjaga rendah, keterjangkauan harga di berbagai wilayah dinilai akan lebih mudah dicapai.
“Jadi, TPID itu seperti nggak penting, tapi sebenarnya amat penting sekali. Keterjangkauan harga di berbagai wilayah juga membaik karena pasokan lancar dan distribusi antardaerah semakin efisien. Kerja sama perdagangan antardaerah terbukti jadi faktor penting. Daerah yang aktif membangun jaringan pasokan lintas wilayah, inflasinya jauh lebih stabil,” tutup Purbaya.