Sejumlah Fakta Permasalahan yang Terjadi Saat Pembangunan KCJB 'Whoosh'

Kereta Cepat Jakarta Bandung KCJB atau Whoosh saat Perawatan di Depo Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Kereta Cepat Jakarta Bandung KCJB atau Whoosh saat Perawatan di Depo Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Andry Novelino)
0 Komentar

KEREA Cepat Jakarta-Bandung yang sekarang bernama Whoosh kembali menjadi perbincangan setelah Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap proyek tersebut memiliki segudang masalah.

Luhut bahkan dengan tegas mengatakan proyek tersebut sebagai barang busuk ketika diambil alih olehnya sebagai Ketua Komite Percepatan Pembangunan Kereta Cepat yang dibentuk oleh Presiden ke-7 Joko Widodo pada 2021 lalu.

“Jadi memang saya menerima proyek (Whoosh) sudah busuk itu barang,” katanya di Jakarta, Kamis (16/10) lalu.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Berdasarkan catatan delik, berikut beberapa permasalahan yang terjadi saat pembangunan kereta cepat atau Whoosh:

Nilai Proyek Membengkak

Masalah utama dalam pembangunan Whoosh adalah nilai proyek yang membengkak.

Semula proyek ini ditargetkan hanya memakan dana US$5,13 miliar sekitar Rp76,95 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu) oleh Pemerintah China pada 2015 silam.

Anggaran itu jauh lebih murah dari penawaran Jepang yang memasang angka investasi di US$6,2 miliar atau setara Rp94,2 triliun.

Namun, dalam perjalanannya biaya awal proyek disepakati sebesar US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar AS). Tak henti di situ, biaya proyek terus membengkak.

Pada awal 2021, Direktur Keuangan & Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya melaporkan di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa kebutuhan investasi proyek tersebut membengkak dari US$6,07 miliar menjadi US$8 miliar atau setara Rp120 triliun.

Ingkar Janji Tak Pakai APBN

Presiden ke-7 Joko Widodo dalam banyak kesempatan menegaskan proyek ini tak akan mengambil sepeserpun uang rakyat dalam APBN. Ini sejatinya sejalan dengan isi proposal China yang ditawarkan.

“Kereta cepat tidak menggunakan APBN. Kita serahkan BUMN untuk business to business,” kata Jokowi pada September 2015 lalu.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Akan tetapi, Jokowi ingkar dengan janjinya. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp4,1 triliun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada 2022 lalu untuk menggarap Whoosh.

Proyek Serampangan

Pembangunan proyek Whoosh diklaim serampangan. Buktinya dapat dilihat pada pembangunan pilar LRT yang dikerjakan oleh PT KCIC di KM 3 +800.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan pembangunan pilar dilakukan tanpa izin. Bahkan, aksi serampangan ini bisa membahayakan keselamatan pengguna jalan.

0 Komentar