BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, tanpa disadari permukaan tanah di sejumlah wilayah Indonesia mengalami penurunan hingga 10cm setiap tahunnya. Proses ini berlangsung perlahan, namun dampaknya bisa sangat serius. Bahkan, ada daerah yang tercatat mengalami penurunan lebih dari 1 meter hanya dalam delapan tahun terakhir.
Tapi, penyebabnya bukan gempa atau longsor yang langsung terasa seketika. Melainkan pengambilan air tanah berlebihan, tanah yang lunak, pemadatan alami sedimen, dan beban bangunan di atas tanah yang lunak.
Penurunan tanah ini pun disebut bisa jadi ancaman serius. Akibatnya di antaranya bisa memicu bangunan rusak, jalan amblas, dan rob yang semakin sering terjadi.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
“Penurunan tanah merupakan ancaman serius, terutama di wilayah Pantai Utara Jawa seperti Jakarta, Pekalongan, dan Sayung, Demak,” kata Periset Pusat Riset Geoinformatika BRIN Joko Widodo dalam unggahan di akun media sosial resmi BRIN, dikutip Jumat (17/10/2025).
“Jika tidak ditangani dengan langkah mitigasi dan adaptasi yang tepat, dampaknya bisa sangat merugikan mulai dari hilangnya wilayah daratan hingga terganggunya kehidupan masyarakat pesisir,” tambahnya mengingatkan.
Dijelaskan, penurunan tanah atau land subsidence adalah turunnya permukaan bumi secara perlahan karena material di bawah tanah menyusut.
Penyebab utamanya yaitu pengambilan air tanah berlebihan, pemadatan alami sedimen dan beban bangunan di atas tanah yang lunak.
Ternyata, BRIN memanfaatkan teknologi Persistent Scatterer Interferometric Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) untuk mendapatkan data satelit radar yang mendeteksi pergerakan tanah secara presisi hingga skala milimeter per tahun.
Hasil pantauan BRIN, kondisi tanah di Jakarta cukup mengkhawatirkan.
“Di wilayah utara Jakarta, permukaan tanah mengalami penurunan sekitar 5-6 cm per tahun,” tulis BRIN.
“Di Muara Baru, tanah sudah berada 2,4 meter di bawah permukaan laut saat pasang,” lanjut BRIN.
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
Namun, sebut BRIN, tak hanya Jakarta, kota lain juga mengalami penurunan tanah ekstrem.
“Pekalongan mengalami penurunan tanah 10-19 cm per tahun, salah satu yang tertinggi di Pantura,” tulis BRIN.
“BRIN menganalisis 45 citra radar dari 2014-2022. Sebanyak 60,9% wilayah kota menunjukkan penurunan signifikan. Beberapa titik bahkan sudah turun 1 meter dalam 8 tahun,” beber BRIN.