ED Gein, nama yang mungkin asing bagi sebagian orang, namun bagi penggemar horor, sosoknya adalah inspirasi di balik monster-monster paling ikonik dalam sejarah perfilman.
Lahir pada 27 Agustus 1906, di La Crosse, Wisconsin, Amerika Serikat, Gein tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sulit. Ayahnya, George Gein, seorang pecandu alkohol, meninggal pada tahun 1940 karena gagal jantung, sementara ibunya, Augusta, yang dominan dan sering melontarkan kekerasan verbal, menanamkan ajaran tentang amoralitas wanita dan melarang Gein berteman.
Meskipun ibunya meninggal pada tahun 1945—sebuah peristiwa yang membuat Gein hidup seperti pertapa dan mengubah area yang sering digunakan ibunya menjadi semacam tempat pemujaan—pengaruh Augusta Gein tetap menghantui kehidupan anaknya.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Kejahatan mengerikan Ed Gein terungkap ke publik pada tahun 1957 setelah ia ditangkap terkait hilangnya Bernice Worden, pemilik toko perangkat keras lokal di Plainfield, Wisconsin. Polisi menemukan jenazah Worden di peternakan Gein, tergantung terbalik di gudang, dalam kondisi termutilasi parah.
Pemeriksaan selanjutnya mengungkap “rumah horor” Gein yang penuh temuan mengerikan: perabotan, topeng wajah, dan “setelan wanita” yang terbuat dari sisa-sisa tubuh manusia, yang ia peroleh dari hasil menjarah kuburan.
Gein akhirnya divonis bersalah pada tahun 1968 atas pembunuhan Worden, meskipun ia juga mengaku membunuh Mary Hogan, seorang operator bar yang hilang pada tahun 1954. Ia meninggal di rumah sakit jiwa pada 26 Juli 1984, setelah menghabiskan sisa hidupnya di sana karena dianggap gila dan didiagnosis skizofrenia.
Kisahnya yang brutal menginspirasi karya-karya sinematik ternama seperti Psycho (1960), The Texas Chain Saw Massacre (1974), dan The Silence of the Lambs (1991).
Lantas, mengapa Ed Gein, dengan segala kekejiannya, tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai pembunuh berantai?
Pembunuhan Terbatas dan Kehidupan yang Diromantisasi
Meskipun kejahatannya melibatkan lebih dari satu korban dan pencurian mayat secara sistematis, Gein secara hukum hanya divonis bersalah atas satu pembunuhan, yaitu Bernice Worden, dan mengaku atas pembunuhan Mary Hogan.
Kabarnya, seperti dilansir Encyclopedia Britannica, jaksa hanya mengadili satu kasus pembunuhan karena alasan finansial. Namun, sebagian orang berspekulasi ia mungkin juga membunuh kakak laki-lakinya, Henry, yang meninggal secara misterius pada tahun 1944 saat terjadi kebakaran di lahan pertanian keluarga.