Pemimpin Kudeta Madagaskar Dilantik Jadi Presiden

Pemimpin kudeta Madagaskar, Kolonel Michael Randrianirina, dilantik sebagai presiden./DOK FOTO via Wikimedia C
Pemimpin kudeta Madagaskar, Kolonel Michael Randrianirina, dilantik sebagai presiden./DOK FOTO via Wikimedia Commons
0 Komentar

PEMIMPIN kudeta Madagaskar, Kolonel Michael Randrianirina, dilantik sebagai presiden. Pelantikannya disambut sorak sorai, bunyi terompet, dan pedang terangkat, beberapa hari setelah mengambil alih kendali negara kepulauan itu menyusul protes yang dipimpin Gen Z yang memaksa pendahulunya mundur.

Mantan pemimpin Andry Rajoelina, yang dimakzulkan anggota parlemen setelah ia melarikan diri ke luar negeri pada akhir pekan, mengecam pengambilalihan tersebut dan menolak untuk mundur selama masa pengasingannya.

Meskipun terdapat pembelotan yang meluas di pasukan keamanan dan Mahkamah Konstitusi Tinggi meratifikasi pengambilalihan oleh militer beberapa jam setelah kejadian.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Uni Afrika dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk kudeta tersebut, yang terjadi setelah protes “Gen Z” selama berminggu-minggu yang awalnya dipicu oleh kekurangan listrik dan air yang parah dan kronis.

“Saya akan sepenuhnya, tuntas, dan adil memenuhi tanggung jawab tinggi jabatan saya sebagai Presiden Republik Madagaskar,” kata Randrianirina dalam upacara di Mahkamah Konstitusi Tinggi dilansir Reuters, Jumat, 17 Oktober.

“Saya bersumpah bahwa saya akan menjalankan kekuasaan yang dipercayakan kepada saya dan mendedikasikan seluruh kekuatan saya untuk membela dan memperkuat persatuan nasional dan hak asasi manusia,” sambungnya.

Meskipun banyak pemuda bersorak atas jatuhnya Rajoelina, yang berkuasa melalui kudeta tahun 2009, beberapa di antaranya sudah mengungkapkan kekhawatiran tentang kecepatan militer yang turun tangan untuk mengisi kekosongan kekuasaan.

Bahkan para demonstran Generasi Z yang hadir untuk merayakan pelantikan pemimpin militer baru tersebut tidak menganggap pekerjaan mereka telah selesai.

“Belum,” kata Mioty Andrianambinintsoa, ​​seorang mahasiswi berusia 18 tahun, di luar gedung pengadilan. “Ini baru tahap. Tujuan kami belum tercapai,” tegasnya.

0 Komentar