Mengungkap Kebohongan Klaim Kemenangan Benjamin Netanyahu di Gaza

Benjamin Netanyahu
Benjamin Netanyahu
0 Komentar

Kehancuran Hamas

Target utama lainnya Netanyahu dalam melancarkan perang brutalnya adalah penghancuran Hamas sampai ke akar-akarnya. Ia sesumbar bahwa selepas perang, tak akan lagi ada yang namanya Hamas di Jalur Gaza.

Israel memang berhasil membunuh sejumlah petinggi Hamas. Diantaranya kepala biro politik Ismail Haniyeh yang dibunuh Israel dalam serangan ke Tehran, Iran, pada Juli 2024. Israel juga membunuh pengganti Haniyeh, Yahya Sinwar yang melakukan perlawanan penghabisan di Jalur Gaza pada Oktober 2024 di wilayah Tal al Sultan, Jalur Gaza. Sementara pada Januari 2025, Hamas mengonfirmasi syahidnya komandan Brigade Izzuddin al-Qassam, Muhammad Deif, dalam serangan Israel di Gaza.

Israel juga mengekalim telah membunuh ribuan pejuang Hamas lewat pembantaian brutal di Gaza. Namun, pada Januari 2025, Reuters mengutip laporan intelijen AS yang menyimpulkan bahwa selama genosida, Hamas berhasil merekrut 10.000 hingga 15.000 anggota. Angka itu menggantikan jumlah yang dibunuh Israel selama genosida.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Jaringan Al-Hadath milik Saudi, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa Brigade al-Qassam berhasil merekrut sebanyak 30.000 pejuang baru. Laporan tersebut mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari strategi militer baru yang mengandalkan taktik gerilya.

Pada September 2025, Israel melakukan serangan mengejutkan ke Doha, Qatar. Targetnya termasuk empat tokoh senior Hamas, yakni Khalil al-Hayya; Zaher Jabarin; Muhammad Ismail Darwish; Khaled Mashal. Mereka yang menjadi sasaran adalah yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan-sandera Israel-Palestina.

Serangan itu gagal membunuh sasaran yang dituju, meski juga mengakibatkan tujuh kematian termasuk dua petugas keamanan Qatar. Alih-alih menghancurkan Hamas, serangan itu jadi pemicu gelombang kecaman terhadap Israel yang berujung pada tercapainya gencatan senjata.

Selepas gencatan senjata, kian nyata bahwa Hamas belum hancur. Laporan dari lapangan menunjukkan para anggota kembali berpatroli di jalan-jalan Gaza yang tak lagi diduduki pasukan Israel. Kehadiran mereka ditimpali riuh sambutan warga. Para anggota Hamas yang muncul ini juga berhasil memukul geng bersenjata peliharaan Israel yang mencoba menantang kendali Hamas di Gaza.

Sejauh ini, keberadaan Hamas di Gaza ditantang oleh poin-poin gencatan senjata yang diusulkan Presiden AS Donald Trump. Di antara poinnya adalah Hamas tak lagi terlibat dalam pengelolaan Gaza selepas gencatan dan pelucutan senjata kelompok itu.

0 Komentar