BERSAMAAN dengan pengumuman gencatan senjata antara Israel dan perlawanan Palestina di Gaza, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mencoba menggambarkan capaian pasukannya selama dua tahun belakangan sebagai kemenangan. Namun, selain 67 ribu lebih jiwa di Gaza dan kehancuran total wilayah terkepung itu, tak ada yang bisa ia banggakan.
Pada awal-awal agresi genosidal ke Gaza, Netanyahu mengatakan tujuan utamanya adalah memulangkan semua yang dibawa para pejuang Palestina ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu. Saat itu, Hamas telah menawarkan pembebasan seluruh sandera sebagai ganti Israel membebaskan 5.200 tahanan Palestina. Namun, Netanyahu mengatakan serangan militer adalah satu-satunya jalan memulangkan mereka.
Faktanya, sepekan setelah 7 Oktober itu, sudah sembilan sandera tewas akibat pengeboman oleh Israel. Sebulan setelahnya, 60 tewas menyusul pengeboman membabi-buta oleh Israel.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Hingga gencatan senjata baru-baru ini, sedikitnya 75 dari 250 sandera tewas akibat agresi Israel sendiri. Di antara yang tewas akibat pengeboman Israel adalah sua sandera paling muda berusia 4 tahun dan 10 bulan.
Israel mencoba membohongi dunia dengan menyatakan Hamas membunuhi para sandera. Namun kesaksian sandera menyangkal klaim tersebut. Mantan sandera Noa Agramani melaporkan rekannya Yossi Sharabi tewas setelah rumah yang mereka tempati diledakkan Israel. Sementara IDF sendiri mengakui bahwa mereka menembak mati tiga sandera yang mereka kira merupakan pejuang di Shujaya pada Desember 2023.
Hanya empat sandera yang berhasil dibebaskan dengan aksi militer pada Juni 2024. Operasi di Pengungsian Nuseirat itu menewaskan 274 warga sipil Gaza termasuk 64 anak-anak dan 57 perempuan. Tiga sandera Israel juga tewas dalam pengeboman itu.
ementara sebagian besar sandera bebas lewat perundingan gencatan senjata pada Desember 2023, Januari 2025, dan Oktober 2025. Mereka ditukar dengan Lebih dari 3.000 warga Palestina yang ditahan Israel.
Sementara di Israel, krisis sandera ini menggerus dukungan untuk Netanyahu. Gelombang unjuk rasa demi unjuk rasa yang diikuti ratusan ribu orang di Israel akhirnya membuat Netanyahu sadar bahwa ia tak punya pilihan selain menyepakati gencatan senjata.
Tahanan Palestina yang dibebaskan sebagai bagian gencatan senjata tiba di Jalur Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom, mencapai Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, Senin (13/10/2025).