PERTEMUAN darurat mengenai perdamaian Gaza di Sharm el-Sheikh, Mesir, diwarnai ketegangan diplomatik menyusul rencana undangan mendadak kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan mengundang Netanyahu secara langsung melalui sambungan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fatah al-Sisi pada Senin (3/10) pagi. Namun, rencana itu berujung pada penarikan undangan setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan tidak akan mendaratkan pesawatnya di Sharm el-Sheikh jika Netanyahu hadir.
Dalam pernyataan resmi, kantor Perdana Menteri Israel menyebut Netanyahu berterima kasih atas undangan Trump, namun tidak dapat hadir karena bertepatan dengan awal perayaan hari raya Yahudi. Selain itu, sejumlah tokoh sayap kanan dalam koalisinya mengancam mundur jika ia memutuskan menghadiri pertemuan tersebut.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Surat perintah penangkapan dari International Criminal Court terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang di Gaza membuat kehadirannya di forum internasional menjadi sensitif. Meski Mesir bukan anggota pengadilan tersebut, undangan itu menimbulkan keberatan dari sejumlah negara Arab yang belum menormalisasi hubungan dengan Israel.
Lebih dari 20 pemimpin dunia dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perdamaian Gaza yang digagas AS dan Mesir. Sengketa diplomatik ini menegaskan tantangan besar yang dihadapi Trump dalam mendorong normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Muslim.
Bagi Erdogan, tampil bersalaman atau bernegosiasi dengan Netanyahu akan menjadi pukulan politik domestik dan dapat mempersulit peran Turki dalam pasukan stabilisasi internasional di Gaza. Presiden Turki itu selama ini secara terbuka menyebut tindakan Israel sebagai genosida.