DETAIL baru tentang dukungan Israel terhadap kelompok pemberontak Palestina yang memiliki hubungan dengan ISIS dan sejarah penjarahan truk bantuan kemanusiaan untuk Gaza kembali diungkap. Sementara para negosiator berdebat tentang pihak yang akan memimpin Gaza setelah perang usai, Israel diam-diam membentuk realitas baru di lapangan.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa milisi suku menyatakan kesetiaan kepada Yasser Abu Shabab, kepala mantan geng penjarah, memosisikan diri sebagai pemerintahan masa depan Gaza.
Unit Data dan Forensik dari Sky News memantau Yasser Abu Shabab dan anak buahnya selama berbulan-bulan, melacak pergerakan, kendaraan, senjata, dan identitas mereka. Investigasi media asal Inggris itu menemukan bahwa milisi tersebut menerima makanan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Padahal, organisasi bantuan yang didanai AS tersebut menyatakan netralitasnya.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Salah satu komandan senior Yasser Abu Shabab dan seorang tentara IDF yang bertugas di perbatasan Gaza merinci cara Israel membiarkan mereka menyelundupkan uang tunai, senjata, dan mobil ke Gaza. Para ahli mengatakan bahwa dukungan negeri zionis terhadap kelompok-kelompok semacam itu dimaksudkan untuk memecah belah dan menaklukkan Gaza.
Makanan melimpah
Jauh di dalam reruntuhan Gaza selatan, terdapat 50 hektare jalan perdesaan dan vila-vila mewah. Tidak seperti di wilayah lain Gaza, penduduk di sini memiliki persediaan makanan yang melimpah.
Fasilitas medis, sekolah, bahkan masjid didirikan dalam beberapa bulan terakhir. Di media sosial, penduduk memamerkan tumpukan uang tunai, ponsel pintar baru, dan sepeda motor trail impor.
Permukiman kecil itu merupakan markas Pasukan Populer. Bekas geng penjarah Yasser Abu Shabab itu kini dengan dukungan Israel berharap dapat merebut kendali Jalur Gaza dari Hamas.
Seorang komandan senior Pasukan Populer, Hassan Abu Shabab, mengatakan bahwa sekitar 1.500 orang kini tinggal di pangkalan tersebut, termasuk 500-700 pejuang. Kerabat sekaligus teman masa kecil Yasser itu mengatakan bahwa perekrutan milisi baru dalam beberapa minggu terakhir menambah pasukan kelompok tersebut menjadi sekitar 3.000 orang.
Lokasi pangkalan tersebut sangat strategis terletak di sepanjang rute yang harus dilalui truk bantuan saat memasuki Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom. Rute ini oleh para petugas bantuan disebut Lorong Penjarah.