”Kami mengikuti dengan saksama setiap berita tentang negosiasi dan gencatan senjata,” kata Mohammed Zamlot (50), yang mengungsi dari Gaza utara.
Sara Rihan, perempuan pengungsi dari Jabaliya, berdoa agar perang segera berakhir. ”Saya harap kami kembali ke tempat dan rumah kami meskipun tidak ada rumah. Keberadaan kami di tanah kami adalah kebahagiaan terbesar bagi kami,” tutur Rihan.
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah, Minggu (28/9/2025). Selama hampir dua tahun, operasi militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 65.549 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan di Gaza.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 67.000 warga Palestina tewas dan 170.000 lainnya terluka akibat serangan Israel di Gaza. Jumlah korban tewas sudah mencakup 18.430 anak-anak, 9.735 perempuan, dan 4.429 warga lansia, tetapi belum termasuk ribuan orang mati karena terkubur reruntuhan dan malanutrisi.
Para ahli PBB serta kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menyebut aksi Israel merupakan genosida. Namun, Israel terus membantah tekanan global agar menghentikan serangan. Dukungan untuk rakyat Palestina terus meningkat, terlihat dari gelombang pengakuan negara Palestina dan unjuk rasa di seluruh dunia.
Berbagai aktivis global juga mencoba untuk mengirim bantuan lewat jalur laut ke Gaza yang dilanda kelaparan, tetapi gagal. Pada Rabu, Israel mencegat armada kapal dari Koalisi Armada Kebebasan (FFC) yang berusaha mengirim bantuan ke Gaza setelah mencegat armada Global Sumud Flotilla (GSF). (AP/AFP/REUTERS)