Takdir Pondok Pesantren Tertua di Jawa Timur: Al Khoziny, Begini Riwayat Sejarahnya

Foto udara bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarj
Foto udara bangunan mushalla yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu.
0 Komentar

Meski beberapa sumber menyebut pondok ini berdiri pada 1927, Kiai Salam Mujib, pengasuh Pesantren Buduran saat ini, menyatakan pesantren telah ada sekitar tahun 1915-1920 Masehi. Perkiraan ini didasarkan pada catatan santri pertama KH Moch Abbas dan cerita tutur yang diterima Kiai Salam Mujib dari alumni sepuh.

Perkembangan Ponpes Al Khoziny dari Masa ke Masa

Perkembangan Ponpes Al Khoziny memegang ciri khas sebagai pondok salaf. Pada awalnya, pondok ini hanya mengajarkan pendidikan salaf dengan tingkatan Ula, Wustho, dan Ulya, di mana setiap santri mempelajari kitab kuning sesuai tingkatan. Materi dasar yang dipelajari meliputi Tauhid, Fiqih, Nahwu, dan Tafsir.

Seiring berjalannya waktu, pondok ini mulai mengembangkan pendidikan formal, yang sudah dimulai sejak masa kepemimpinan KH Moch Abbas. Beberapa jenjang pendidikan yang didirikan saat itu, antara lain sebagai berikut, seperti dilansir Facebook Wahid Foundation.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

1964: Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI), kemudian menjadi Madrasah Tsanawiah Al Khoziny1970: Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI), diubah menjadi Madrasah Aliyah Al Khoziny1970: Sekolah Persiapan A dan B, menjadi Madrasah Ibtidaiyah Al KhozinySetelah wafatnya KH Moch Abbas pada 1978, kepemimpinan pesantren dilanjutkan putranya, KH Abdul Mujib Abbas. Di bawah pengasuhannya, pondok terus berkembang, termasuk pendirian pendidikan tinggi berikut.

1982: Sekolah Tinggi Diniyah1993: ST Diniyah diformalisasi menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ). Kini berubah menjadi Institut Agama Islam (IAI) Al Khoziny

Lima Tarekat yang Diajarkan

Di bawah kepemimpinan KH Abdul Mujib Abbas, Ponpes Al Khoziny terus berkembang, baik dari sisi pendidikan formal maupun pengajaran salaf. Selain itu, ia juga menekankan pengembangan aspek spiritual santri, yang menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari di pondok.

Metode thariqah yang diajarkan di pesantren merupakan warisan dari para sesepuh dan dijalankan secara konsisten oleh KH Abdul Mujib Abbas. Ajaran ini kemudian dirumuskan dalam lima tarekat utama, yang menjadi pedoman bagi para santri dalam menempuh pendidikan dan membentuk karakter spiritual, sebagai berikut.

1. Tarekat Belajar atau Mengajar

0 Komentar