PONDOK Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, yang berlokasi di Jalan KHR Moh Abbas I/18, Desa Buduran, Sidoarjo, merupakan salah satu pesantren tertua di Jatim. Ponpes yang juga dikenal sebagai Pesantren Buduran ini telah lama menjadi pusat pembinaan ulama dan melahirkan banyak tokoh penting agama.
Tradisi pengajaran yang konsisten, mulai dari pendidikan salaf yang menekankan pemahaman kitab kuning, hingga bimbingan langsung dari para kiai, membuat para santri tidak hanya menguasai ilmu, tetapi juga terbiasa meneladani nilai-nilai spiritual melalui lima tarekat utama.
Pada Senin 29 September 2025, bangunan musala di asrama putra ambruk. Ketika terjadi peristiwa bangunan ponpes ambruk pada Senin (29/9) nama Abdus Salam Mujib muncul di berbagai pemberitaan.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Proses evakuasi korban Ponpes Al Khoziny Buduran masih terus berlanjut. Hingga Senin (6/10/2025) malam, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi 12 korban dari tumpukan material reruntuhan.
Total korban kini mencapai 170 orang. Dari jumlah itu, 104 orang selamat, 66 orang meninggal dunia (tujuh korban meninggal tidak utuh atau hanya ditemukan body part [potongan tubuh]).
Profil Abdus Salam Mujib Pengasuh Ponpes Al Khoziny Buduran
R. Abdus Salam Mujib adalah salah satu tokoh penting dalam dunia pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur saat ini. Ia merupakan penerus estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Al Khoziny, sebuah pesantren yang berdiri sejak awal abad ke-20.
Abdus Salam Mujib merupakan putra dari KH. Abdul Mujib, pengasuh generasi ketiga dari Ponpes Al Khoziny, dan Nyai Hj. Mudawwamah, seorang hafidhah (penghafal Al-Qur’an) asal Pasuruan yang turut berperan besar dalam membina santri dan memajukan pondok pesantren.
Kakeknya, KH. Moh Abbas, merupakan sosok penting dalam melanjutkan perjuangan sang pendiri pondok, yaitu KH. Raden Khozin Khoiruddin, yang mendirikan Pondok Pesantren Al Khoziny sekitar tahun 1920-an di Sidoarjo.
Dari sisi ibu, KH. Abdul Mujib juga memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), yakni KH. Wahab Hasbullah, karena ibunya, Nyai Khodijah, adalah sepupu KH. Wahab.
Setelah wafatnya KH. Abdul Mujib pada 5 Oktober 2010 (26 Syawal 1431 H) di RS Graha Amerta Surabaya pada usia 77 tahun, kepemimpinan pesantren dipercayakan kepada putranya, Abdus Salam Mujib.