2 Tahun Misinformasi Soal Serangan 7 Oktober: 1.200 Tentara, Warga Sipil Tewas di Tangan Penyerang Palestina

Wisatawan mengunjungi lokasi festival Nova, di mana orang-orang tewas dalam serangan 7 Oktober oleh Hamas di R
Wisatawan mengunjungi lokasi festival Nova, di mana orang-orang tewas dalam serangan 7 Oktober oleh Hamas di Reim, Israel selatan, 23 Januari 2024. REUTERS/Alexandre Meneghini
0 Komentar

TEPAT dua tahun lalu, para pejuang Palestina dalam upaya membongkar blokade Gaza melakukan operasi Topan al-Aqsa. Sejak itu Israel melakukan kampanye pembohongan publik habis-habisan.

Salah satu misinformasi soal serangan pada 7 Oktober itu adalah Hamas yang selalu disebut-sebut sebagai penyerbu. Faktanya, meski Brigade al-Qassam merupakan ujung tombak, operasi itu adalah yang pertama kalinya dilakukan secara terpadu oleh semua faksi bersenjata di Gaza. Selain Brigade al-Qassam; Saraya al-Quds dari Jihad Islam Palestina, Brigade Perlawanan Nasional dari kelompok Marxis DFLP, Brigade Ali Mustafa dari PFLP, Brigade Mujahidin, bahkan Brigade al-Aqsa dari Fatah ikut serta.

Salah satu yang juga terus digaungkan Israel dan diamplifikasi media-media Barat adalah bahwa pada 7 Oktober seluruh 1.200 tentara dan warga sipil tewas di tangan penyerang dari Palestina. Penyelidikan yang dilakukan Israel sendiri, juga pengakuan pejabat Israel mengungkapkan bahwa di antara yang tewas kala itu dibunuh pasukan Israel sendiri.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Sejak awal, angka yang disebutkan pihak Israel sudah sumir. Mereka merevisi jumlah korban tewas dari 1.400 jiwa menjadi 1.175 orang. Dari jumlah itu, hampir separuh alias 379 orang berasal dari pasukan keamanan Israel dan 796 orang warga sipil (725 orang Israel dan 71 orang asing). Ratusan jenazah yang disangka warga Israel saat itu ternyata merupakan pejuang Palestina.

Belakangan terbukti, di antara yang tewas hari itu akibat tembakan dan bom Israel sendiri. Indikasi terkait hal ini pertama kali terungkap lewat kesaksian penyintas soal penembakan yang dilakukan dengan rudal tank Israel terhadap sebuah rumah di Kibbutz Be’eri. Tembakan itu menewaskan 14 warga Israel bersama pejuang Palestina di dalam rumah tersebut. Penyelidikan IDF mengonfirmasi pembunuhan tersebut.

Pada Juli 2024, media Israel Haaretz menemukan dalam dokumen-dokumen militer serta kesaksian dari tentara, perwira tingkat menengah dan senior soal dijalankannya Protokol Hannibal hari itu. Protokol itu mengizinkan tentara Israel membunuh tentara atau warganya sendiri ketimbang dibawa sebagai sandera.

Protokol itu dijalankan di berbagai lokasi serangan di Israel. “Ini adalah Hannibal massal. Ada berton-ton bukaan di pagar, dan ribuan orang di setiap jenis kendaraan, beberapa dengan sandera dan beberapa tanpa sandera,” kata salah satu mantan perwira Israel, Kolonel Angkatan Udara Nof Erez, mengatakan kepada Haaretz .

0 Komentar