POLISI mengungkap salah satu otak dibalik bertebarannya bom molotov saat demo berakhir ricuh di depan DPR/MPR.
Dia adalah RAP, admin akun instagram @RAP, yang termasuk satu dari enam orang yang ditetapkan sebagai tersangka terkait dugaan penghasutan.
RAP punya julukan sebagai Profesor R. Julukan itu bukan tanpa alasan. RAP bukan hanya cara membuat bom molotov di grup WhatsApp, tapi juga mengatur distribusi bahan peledak rakitan ke massa perusuh.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
“Kami menemukan bahwa yang bersangkutan juga sebagai koordinator untuk menempatkan titik-titik di mana bom molotov bisa diambil. Jadi yang bersangkutan dijuluki Profesor R yang bersangkutan melakukan koordinatif antara logistik-logistik yang berkaitan dengan alat-alat ataupun bahan-bahan molotov,” kata Kanit 2 Subdit Kamneg Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kompol Gilang Prasetya kepada wartawan, Selasa (2/9/2025) malam.
Polisi menemukan dalam beberapa grup WhatsApp, RAP rajin membagi cara meracik bom molotov, lengkap dengan komposisi bahan dan tata cara pembuatannya. Dari hasil digital forensik, dia juga berperan sebagai koordinator logistik.
“Hal itu di-share dan ada komposisinya, ada jenis-jenis barangnya, saat ini kami masih melakukan pendalaman. Selanjutnya pada saat itu juga setelah ada perbuatan untuk mengajarkan bagaimana cara membuat bom molotov ataupun tata caranya,” ujar dia.
6 Jadi Tersangka
Polda Metro Jaya menetapkan enam orang sebagai tersangka kasus dugaan penghasutan massa hingga memicu kerusuhan di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat. Salah satu tersangka adalah Direktur Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengatakan, keenam tersangka diduga menyebarkan flyer digital berisi ajakan rusuh dengan caption “Polisi butut, jangan takut.”
“Tujuan isi flyer dan caption yang berupa hasutan kepada pelajar yang merupakan anak untuk jangan takut aksi dan mengajak melawan bersama, yang berujung pada terjadinya kerusuhan yang mengancam jiwa dan keselamatan anak,” ujar Ade Ary, Selasa (2/9/2025).
Lebih lanjut, Ade Ary mengungkapkan adanya ajakan lain berupa tutorial pembuatan bom molotov hingga iming-iming uang kepada masyarakat yang mau ikut aksi.