Siapa Tamu Gelap di Balik Gelombang Demo Nyaris Sepekan?

Rumah anggota DPR RI sampai Menteri Keuangan Sri Mulyani tak luput dari aksi penjarahan oleh masyarakat.
Rumah anggota DPR RI sampai Menteri Keuangan Sri Mulyani tak luput dari aksi penjarahan oleh masyarakat.
0 Komentar

DARI kejauhan, saya bisa melihat lautan manusia membawa spanduk menolak kenaikan tunjangan DPR yang bikin banyak orang garuk kepala.

“Bayangin, bro, tunjangan rumah dinas Rp 50 juta per bulan, beras Rp 12 juta per bulan. Padahal, rakyat masih sibuk mikirin harga-harga naik.” Betapa jomplangnya realitas di gedung parlemen dengan kehidupan sehari-hari.

Demo pada 25 Agustus 2025 itu memang mengguncang Jakarta. Ribuan orang datang, dari pelajar, mahasiswa, sampai driver ojek online yang merasa ikut menanggung beban keputusan elite politik.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Awalnya aksi ini berjalan damai. Orasi menggelegar, poster dan mural penuh satire, bahkan ada yang membawa replika karung beras raksasa bertuliskan “12 juta buat siapa?”. Semua terasa sebagai cermin kemarahan rakyat yang rasional.

Saya tahu, demo di negeri ini sering berubah arah. Sore menjelang malam, suara letupan terdengar, motor terbakar, pos polisi dirusak, dan gas air mata pun memenuhi jalan Gatot Subroto.

Kericuhan membuat aksi yang sejatinya jadi simbol aspirasi berubah wajah. “Kenapa setiap demo besar selalu ada yang ‘bertamu’ dan bikin rusuh?”

Pertanyaan itu bukan sekadar curiga. Di media sosial, ramai beredar kabar ada massa misterius yang baru muncul sore hari. Mereka bukan mahasiswa, bukan buruh, apalagi ojek online—melainkan kelompok “tamu gelap” yang diduga punya agenda tersembunyi.

Ada yang menuding ini ulah geng politik tertentu. Ada pula yang menyebut oligarki ikut bermain, mengincar kesempatan menjatuhkan lawan melalui kekacauan. “Demo jadi kayak panggung rakyat yang gagah, tapi tiba-tiba ada tamu asing yang bawa alat pukul.”

Lalu, siapa sebenarnya yang dimaksud dengan tamu gelap ini? Bagaimana fenomena ini dipahami dalam teori gerakan sosial di berbagai negara?

Soal “Tamu Gelap”

Buku karya Charles Tilly, Ernesto Castaneda, dan Lesley J. Wood dalam Social Movements, 1768–2018. Di situ disebutkan, aksi kolektif selalu punya risiko “free riders” atau penumpang gelap yang ikut tanpa kontribusi, bahkan bisa merusak.

0 Komentar