George Soros Masih 'Dalang' di Indonesia?

George Soros Masih 'Dalang' di Indonesia?
George Soros berpidato di sela-sela pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos | Fabrice Coffrini/AFP via Getty Images
0 Komentar

Di Amerika, media investigatif seperti ProPublica atau The Marshall Project mendapat sokongan dana OSF. Tujuannya jelas: mendukung jurnalisme kritis yang bisa menekan kekuasaan. Namun, bagi pengkritiknya, langkah ini dianggap cara halus Soros menanamkan agenda politik.

Jejak serupa juga tampak di Indonesia. Melalui Media Development Investment Fund (MDIF), yang pernah mendapat dana dari George Soros Economic Fund, sejumlah media lokal memperoleh sokongan. Media-media ini kerap menampilkan liputan investigatif yang menyinggung kebijakan publik dan politik.

Namun, tuduhan pun muncul. Beberapa kalangan menuding bahwa dana Soros dipakai untuk melemahkan stabilitas politik dan menekan pemerintah tertentu. Meski pihak media maupun MDIF membantah, kecurigaan itu terus beredar di ruang publik Indonesia.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

“Jadi begini toh caranya, uang bukan cuma bisa menggoyang mata uang, tapi juga pikiran orang.” Baginya, menarik melihat bagaimana satu orang bisa membentuk narasi media di berbagai belahan dunia.

Dampaknya jelas: Soros bisa dipuja sebagai pahlawan demokrasi atau dicaci sebagai dalang kekacauan. Di Indonesia, keberadaan media yang didukung jaringannya selalu jadi bahan perdebatan, apalagi ketika liputannya menyentuh isu sensitif.

Dengan demikian, Soros bukan sekadar investor, melainkan juga “arsitek wacana” yang berusaha membentuk opini global. Melalui modal, ia mempengaruhi arah berita, arah diskusi publik, bahkan arah kebijakan.

Saya sadar menyederhanakan Soros hanya sebagai “dalang” atau “pahlawan” sama-sama berlebihan. Yang lebih penting adalah menyadari bagaimana globalisasi membuat satu individu bisa punya dampak besar pada ekonomi dan politik sebuah negara.

Indonesia perlu bersikap waspada namun tetap rasional. Menolak mentah-mentah atau menelan bulat-bulat narasi tentang Soros hanya akan membuat publik terjebak dalam ilusi. Yang dibutuhkan adalah literasi kritis, agar kita bisa memilah mana agenda politik, mana kontribusi nyata.

Penulis: Bondhan W, pengamat Intelijen

0 Komentar