KETUA DPR RI Puan Maharani menyebut sistem demokrasi dan pemilu di Indonesia sering kali dipengaruhi oleh campur tangan dan buah tangan. Dia mengatakan, masing-masing individu di negeri ini telah memiliki garis tangannya sendiri.
Hal itu ia sampaikan saat memberikan pidatonya dalam sidang tahunan MPR RI 2025 di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (15/8/2025). Sidang tersebut turut dihadiri presiden terdahulu termasuk Joko Widodo (Jokowi).
“Saat ini, demokrasi dalam Pemilu kita, selain ditentukan oleh garis tangan, juga sering dipengaruhi oleh campur tangan dan buah tangan. Kita semua memiliki garis tangan, nasib dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT,” kata Puan dalam sambutannya.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
“Tetapi, tidak semua dari kita memiliki kemampuan yang sama untuk ikut campur tangan dan memberikan buah tangan dalam menentukan arah demokrasi,” sambungnya menegaskan.
Menurut Puan, sistem yang telah rusak ini menjadi kritik sekaligus otokritik terhadap demokrasi dalam Pemilu Indonesia yang sudah keluar jalur.
Sebab, demokrasi yang dicita-citakan bukanlah demokrasi campur tangan dan buah tangan, tetapi demokrasi yang memberi kesempatan setara bagi semua warga negara.
“Marilah kita bangun demokrasi yang menghidupkan harapan rakyat. Demokrasi yang tidak berhenti di bilik suara, tetapi terus tumbuh di ruang-ruang dialog, di dapur rakyat, di balai desa, hingga di gedung parlemen agar setiap keputusan lahir dari kesadaran bersama, bukan hanya kesepakatan segelintir elite,” jelas Puan.
Dia menegaskan, dalam sebuah demokrasi, rakyat harus memiliki ruang yang luas untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat kritik.
“Kini, kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik,” pungkasnya.