Visi Israel Raya Kembali Diangkat Netanyahu: Palestina, Mesir, Yordania, Suriah,Lebanon, dan Arab Saudi

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Givatayim, Israel, pada 18 Juni 2024. Foto: Shaul Golan/Reuters
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Givatayim, Israel, pada 18 Juni 2024. (Foto: Shaul Golan/Reuters)
0 Komentar

Ditambah lagi, saat ini kecaman dan kemarahan internasional meningkat atas keputusan Israel baru-baru ini untuk memperluas perangnya guna menguasai Kota Gaza, pembatasan bantuan, dan kelaparan massal di wilayah tersebut. Luxon, pemimpin Partai Nasional yang condong ke kanan, mengatakan Netanyahu tidak mendengarkan tuntutan komunitas internasional agar bantuan kemanusiaan tanpa batas dikirimkan ke Gaza.

“Saya pikir Netanyahu sudah bertindak terlalu jauh. Saya pikir dia telah kehilangan kendali. Dan saya pikir apa yang kita saksikan semalam dengan serangan terhadap Kota Gaza benar-benar tidak dapat diterima,” kata Luxon, kemarin, dalam beberapa komentar terkerasnya yang menentang tindakan Israel di Gaza hingga saat ini.

Kantor Netanyahu belum menanggapi komentar Luxon. “Kami menyatakan bahwa pemindahan paksa penduduk dan aneksasi Gaza akan menjadi pelanggaran hukum internasional,” imbuh Luxon.

Perang tarif

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Luxon bukan satu-satunya pemimpin Barat yang secara terbuka mengkritik Netanyahu dalam beberapa hari terakhir. Pada Selasa, pemimpin Australia Anthony Albanese mengatakan ia berbicara dengan Netanyahu tetapi mitranya itu menyangkal dampak kemanusiaan dari perang di Gaza.

Mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark, yang kemudian memimpin Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah keluar dari politik dalam negeri, mengecam pemerintahan koalisi Luxon pada Selasa karena tidak bergerak cukup cepat.

“Kami sekarang tampaknya tidak memiliki pendirian apa pun kecuali ingin menyelamatkan diri kami sendiri dalam perang tarif,” ujarnya kepada lembaga penyiaran publik Selandia Baru, RNZ. “Saya pikir ini benar-benar posisi yang cukup memalukan bagi Selandia Baru.”

Pembunuhan jurnalis

Terkait pembunuhan jurnalis Al Jazeera Anas Al-Sharif dan empat rekannya oleh Israel pada Minggu (10/8), Yayasan Hind Rajab (Hind Rajab Foundation/HRF) dan Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) mengajukan komunikasi Pasal 15 kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang menyerukan penyelidikan atas peristiwa itu. Tindakan tersebut digambarkan sebagai tindakan kriminal dan kejahatan perang yang jelas.

Menurut siaran pers yang dipublikasikan di situs web HRF, Yayasan Hind Rajab memfokuskan penyelidikannya pada rantai komando dan keputusan operasional yang menyebabkan pembunuhan Al-Sharif. PCHR memberikan dokumentasi yang cermat tentang jurnalis lain Al Jazeera yang terbunuh di Gaza.

0 Komentar