Kenapa China Bangun Pelabuhan Terbesar di Negara Anggota ASEAN, Brunei Darussalam

Pembangunan berlanjut di terminal kontainer baru di Pelabuhan Muara di Brunei. Proyek untuk memperluas pelabuh
Pembangunan berlanjut di terminal kontainer baru di Pelabuhan Muara di Brunei. Proyek untuk memperluas pelabuhan dilaporkan berada di jalur yang akan selesai pada akhir tahun 2027. (Foto: Xinhua)
0 Komentar

Memasuki tahun 2024 hingga 2025, pertumbuhan ekspor dan impor terlihat stabil dengan kisaran satu digit, meskipun terkadang mengalami penurunan kecil ke wilayah negatif.

Tren ini mencerminkan tantangan global yang dihadapi oleh China, termasuk dampak dari perang dagang, perlambatan ekonomi, dan perubahan dalam permintaan pasar internasional.

Dalam upaya untuk menjaga momentum ekspornya di tengah tekanan tarif dari AS, China sedang mengambil langkah-langkah strategis. Meskipun pertumbuhan perdagangan cenderung stabil, pergeseran orientasi pasar menunjukkan bahwa kawasan ASEAN memainkan peran penting dalam peta perdagangan global bagi negara Tirai Bambu.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Trump Tunda Tarif Impor untuk China Selama 90 Hari Ilustrasi pelabuhan (iStock) © 2025 Liputan6.comSebelumnya, pada hari Senin (waktu setempat), Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan untuk menunda penerapan tarif tinggi atas barang impor dari China selama 90 hari. Keputusan ini disampaikan oleh seorang pejabat Gedung Putih kepada CNBC.

Tarif yang seharusnya mulai berlaku pada hari Selasa tersebut, ditunda setelah Trump menandatangani perintah eksekutif beberapa jam sebelum batas waktu, yang memperpanjang tenggat hingga pertengahan November.

Menurut laporan CNBC, penundaan ini merupakan hasil dari perundingan dagang terbaru antara AS dan China yang berlangsung di Stockholm pada akhir bulan Juli. Jika tenggat waktu tersebut tidak diperpanjang, tarif impor yang dikenakan oleh AS terhadap China akan kembali naik ke tingkat yang berlaku pada bulan April lalu, saat ketegangan perang dagang antara kedua negara mencapai puncaknya.

Pada saat itu, Trump menaikkan tarif untuk semua barang dari China menjadi 145 persen, sementara China membalas dengan menerapkan tarif sebesar 125 persen untuk barang-barang dari AS. Namun, pada bulan Mei, kedua negara sepakat untuk mengurangi sebagian besar tarif tersebut, di mana AS menurunkan tarifnya menjadi 30 persen, sementara China mengurangi tarif menjadi 10 persen.

0 Komentar