Berlayar dari Tanjung Perak, Surabaya-Murhum BauBau Menyulam Sejarah, Mengikat Masa Depan

Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) 2025, yang diinisiasi oleh komunitas Ibu Profesional, resmi berlayar deng
Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) 2025, yang diinisiasi oleh komunitas Ibu Profesional, resmi berlayar dengan KM Nggapulu dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Bau-Bau, Sulawesi Tenggara
0 Komentar

UNTUK pertama kalinya dalam sejarah, sebuah komunitas perempuan di Indonesia menggelar konferensi di atas kapal penumpang nasional. Konferensi Perempuan Indonesia (KPI) 2025, yang diinisiasi oleh komunitas Ibu Profesional, resmi berlayar dengan KM Nggapulu dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, membawa misi besar: Membangun kembali jati diri bangsa melalui peran perempuan dan keluarga.

Menurut catatan internal PT Pelni, ini adalah kali pertama sebuah komunitas perempuan di Indonesia menyelenggarakan konferensi di atas kapal penumpang nasional.

Sebanyak 47 perempuan dari berbagai daerah—mulai dari Padang, Balikpapan, Kepulauan Riau hingga pelosok Jawa—naik ke atas dek kapal bukan hanya untuk menempuh jarak, melainkan untuk mengikat masa depan bangsa dengan visi bersama.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

“Awalnya saya takut berlayar. Tapi di sini, rasa takut itu tenggelam oleh semangat dan kebanggaan. Rasanya seperti pulang ke akar bangsa sendiri,” ujar Kiran, peserta asal Bandung.

Menapak Akar Sejarah di Hari Pertama

Perjalanan dimulai dengan sambutan hangat dari PT Pelni, yang memberikan prioritas naik kapal, ruang tunggu nyaman, dan layanan porter khusus. Agenda pembuka diwarnai kisah Laksamana Malahayati—pejuang perempuan dari Kesultanan Aceh—yang diperankan oleh Eka Puspa, Perajut Makna KPI, dengan busana pejuang, sorot mata tajam, dan suara lantang.

“Kalau Malahayati bisa menjaga bangsanya dari gelombang penjajah, kita pun bisa menjaga bangsa dari gelombang zaman,” ujarnya, disambut tepuk tangan peserta.

Siang harinya, peserta diajak tour on board dari dek terbuka hingga anjungan dan top deck—area terbatas yang biasanya tertutup untuk penumpang umum.

“Rasanya spesial sekali bisa masuk restricted area dan melihat langsung ruang kemudi,” kata Pak Kiki, peserta dari Sumatera Barat.

Hari Kedua: Menembus Sekat, Menyebar Tawa

Agenda Board Game Land on Board, dipandu Yani dan Ratna, awalnya berjalan sepi. Namun, tim KPI bergerak dari dek ke dek untuk mengajak penumpang. Hasilnya di luar dugaan: puluhan penumpang ikut bermain, tertawa, bahkan menari bersama saat musik Beebo Dance mengalun.

0 Komentar