Hasil Studi Akademi Intelijen Nasional Turki-Dinas Intelijen MIT: Perang 12 Hari Pelajaran untuk Turki

Kantor pusat Badan Intelijen Nasional Turki, berlokasi di Ankara, Türkiye, 5 Januari 2020. (AYTAC UNAL / AA)
Kantor pusat Badan Intelijen Nasional Turki, berlokasi di Ankara, Türkiye, 5 Januari 2020. (AYTAC UNAL / AA)
0 Komentar

Bab ini juga mengulas kemampuan dan peluang Israel di bidang peperangan elektronik, karena operasi militer tersebut mencerminkan perkembangan luar biasa Israel di bidang ini.

“Unit 8200 dan sistem peperangan elektronik angkatan udaranya sangat menonjol. Selain itu, Batalion 5114 yang baru-baru ini diumumkan melakukan perang elektronik melawan serangan roket dan pesawat tak berawak dari Iran.”

Penelitian ini mengejutkan dengan mengungkapkan bahwa sebagian besar anggota Unit 8200 adalah pemuda berusia sekolah menengah atas! Mereka bertanggung jawab untuk memantau dan menganalisis komunikasi yang dilakukan melalui berbagai sistem komunikasi, operasi intelijen elektronik dan siber, dan serangan siber.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Keberhasilan pasukan Israel dalam mengacaukan jaringan komando, kontrol, dan komunikasi Iran dicapai melalui metode fisik dan siber, mungkin dengan bekerja sama dan berkoordinasi dengan intelijen AS, meskipun sejauh ini belum ada konfirmasi resmi tentang kerja sama ini.

Pelajaran untuk Turki

Bab kedua dari penelitian ini berisi pelajaran yang dapat dipetik dari perang 12 hari tersebut, yang mengingatkan para pengambil keputusan di Turki tentang perlunya memperhatikan pelajaran-pelajaran tersebut, yang paling penting adalah

Pertama, pentingnya diplomasi, yang bersama-sama dengan perang membentuk dua elemen yang saling melengkapi dalam hubungan internasional.

Studi ini menunjukkan bahwa Iran kehilangan momentum diplomatik sebelum perang karena posisi Eropa dan Amerika yang menolak program nuklirnya, yang mengarah pada posisi yang sama antara Washington dan Tel Aviv tentang perlunya menyerang Iran untuk mengekang atau mengakhiri kegiatan nuklirnya.

Di sini, perlu diingat kembali reposisi diplomatik yang dilakukan Turki beberapa tahun yang lalu, di mana Turki berhasil menormalkan hubungannya dengan negara-negara yang memiliki kepentingan strategis di kawasan Arab, terutama Arab Saudi, UEA, dan Mesir, setelah bertahun-tahun terasing.

Hari ini, Ankara bergerak ke arah yang sama dengan Armenia dan Yunani, dalam upaya untuk mengatasi perbedaan historis dan membangun hubungan bilateral yang sehat yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak.

Kedua, pentingnya aliansi yang dapat diandalkan. Senjata, upaya intelijen, dan dukungan logistik yang diberikan oleh aliansi Barat kepada Israel menyebabkan pukulan telak bagi Iran, tidak seperti aliansi Teheran yang tidak memberikan dukungan nyata kepadanya.

0 Komentar