“Pendudukan telah merusak kami. Saya benar-benar yakin bahwa kutukan atas Israel dimulai dengan pendudukan wilayah Palestina pada tahun 1967,” ungkap Grossman.
Di kesempatan yang sama, Grossman juga menyoroti kesalahan yang dilakukan oleh kepemimpinan Palestina. Ia menyatakan bahwa mereka gagal membangun kembali Gaza setelah Israel menarik diri secara sepihak pada tahun 2005, dan malah terjebak dalam fanatisme dengan menjadikan wilayah tersebut sebagai basis peluncuran roket ke Israel.
“Seandainya mereka memilih jalan yang lain, mungkin itu akan mendorong Israel untuk juga melepaskan Tepi Barat dan mengakhiri pendudukan sejak bertahun-tahun lalu,” jelasnya.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Grossman menambahkan bahwa orang-orang Palestina pun tidak mampu menahan godaan kekuasaan: mereka menyerang, kami membalas, dan pada akhirnya kita terjebak dalam siklus yang sama.
“Seandainya kami dan mereka lebih dewasa secara politik, lebih berani, kenyataannya bisa saja sangat berbeda,” tuturnya. Dengan kata lain, kedua belah pihak memiliki tanggung jawab dalam menciptakan situasi yang lebih baik di masa depan.
Pendekatan Solusi Dua Negara Meskipun hampir kehilangan harapan, Grossman tetap berpegang pada ide dua negara, karena ia percaya tidak ada alternatif lain. Ia melihat pengumuman terbaru dari Presiden Emmanuel Macron yang menyatakan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina sebagai langkah yang positif.
“Mungkin berurusan dengan sebuah negara nyata, dengan tanggung jawab nyata, alih-alih entitas ambigu seperti Otoritas Palestina, akan membawa keuntungan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa syarat-syarat tertentu, seperti demiliterisasi dan pemilihan umum yang transparan, perlu diterapkan, di mana individu yang mendukung kekerasan terhadap Israel dilarang untuk berpartisipasi.
Grossman, yang dikenal sebagai sosok moderat dan kritikus lama terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu serta pemerintahannya, telah beberapa kali hadir dan berpidato dalam demonstrasi anti-pemerintah.
Menurut informasi dari otoritas kesehatan Gaza, setidaknya 60.034 warga Palestina telah kehilangan nyawa dalam serangan Israel yang dimulai setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sementara itu, Israel mengklaim bahwa serangan pada 7 Oktober telah menewaskan 1.200 orang dan 251 lainnya diculik.