Namun, tsunami hanya tercatat di Banda. Wilayah Ambon, kota besar dekat pusat gempa, tak terdampak tsunami. Bagi para peneliti, detail ini sangat penting.
“Arah datangnya gelombang dan fakta bahwa tsunami tidak tercatat di Ambon membantu mempersempit kemungkinan lokasi sumber gempa,” tulis mereka dalam jurnal tersebut.
Potensi Bahaya Masa Depan
Di abad ke-20, eksplorasi lautan mulai membuka rahasia di Laut Banda, yang ternyata beberapa kali dilanda gempa besar, salah satunya terjadi pada 1674. Kala itu, Ambon dilanda gempa dan tsunami yang menewaskan 2.000 orang.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Salah satu penemuan penting dalam ekspedisi tersebut adalah keberadaan Palung Weber. Menurut riset “Rolling open Earth’s deepest forearc basin” (2016), palung Weber memiliki kedalaman mencapai 7.400 meter dan membentang seluas 50 ribu kilometer persegi.
Palung ini terbentuk ribuan tahun lalu bersamaan dengan kerak bumi di wilayah yang kini menjadi zona aktif tumbukan antarlempeng bumi.
Posisinya yang berada di antara pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia membuat kawasan ini sangat labil. Aktivitas tektonik di bawah permukaan laut dapat memicu peristiwa besar, termasuk longsoran tanah bawah laut, yang berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Kekhawatiran ini bukan isapan jempol. Catatan sejarah bencana telah membuktikannya. Lalu, dalam sebuah studi berjudul “Pemodelan Tsunami di Sekitar Laut Banda dan Implikasi Inundasi di Area Terdampak” (2017), para peneliti sudah mensimulasikan skenario terburuk dari aktivitas tektonik di Banda.
Hasilnya, tsunami setinggi 7,7 meter diperkirakan akan terbentuk akibat aktivitas di Laut Banda. Pulau Seram bagian Timur akan menjadi kawasan pertama yang dilanda gelombang dahsyat tersebut.
Dari temuan ini, kita belajar ancaman gempa dan tsunami selalu mengintai dari kedalaman lautan. Dan sudah seharusnya, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah belajar berdamai dengan alam lewat upaya mitigasi yang baik.