Gempa Kamchatka M8,7 Ingatkan Potensi Bahaya Masa Depan di Indonesia, Gempa Banda M8,3 Tsunami 15,3 Meter

Segmen Megathrust di Indonesia. (Dok. BRIN)
Segmen Megathrust di Indonesia. (Dok. BRIN)
0 Komentar

PERISTIWA gempa bumi berkekuatan M8,7 Skala Richter yang melanda Kamchatka, Rusia, Rabu (20/7/2025), harus menjadi peringatan setiap orang, terutama di Indonesia, tentang pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Gempa ini memicu peringatan dini waspada-siaga tsunami di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sama seperti Kamchatka, Indonesia berada di kawasan rawan bencana karena terletak di jalur pertemuan lempeng tektonik. Hidup di wilayah seperti ini membuat kita harus siap menghadapi aktivitas tektonik dan vulkanik.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Meski teknologi telah berkembang pesat, hingga kini belum ada alat yang benar-benar mampu memprediksi kapan dua fenomena alam tersebut akan terjadi. Maka, pendekatan terbaik yang bisa ditempuh belajar hidup selaras dengan alam, termasuk belajar dari peristiwa bencana pada masa lalu.

Salah satunya adalah gempa megathrust yang terjadi Laut Banda, Kepulauan Maluku pada 1 Agustus 1629, tepat hari ini 396 tahun lalu.

Gempa Megathrust-Tsunami 15 Meter

Gempa Banda 1629 tercatat berkekuatan M8,3 dan memicu tsunami setinggi 15,3 meter.

Menurut catatan Wichmann dalam riset “Die erdbeben des indischen archipels von 1858 bis 1877” (“Gempa Bumi di Kepulauan Hindia pada 1858-1877”) (1901), gelombang tsunami melaju ke arah Barat dan menghantam Benteng Nassau di Banda Naira, serta sejumlah desa pesisir.

Dampaknya sangat menghancurkan.

“Pemecah gelombang yang dibangun dari batu di depan benteng hancur dihantam air. Gelombang tersebut masuk ke dalam benteng dan menyeret bongkahan besi seberat 1.558 kilogram sejauh 11,3 meter,” tulis Wichmann.

Tak banyak catatan sejarah yang tersisa dari peristiwa ini. Namun, berabad-abad kemudian, dua ilmuwan, yakni Zac Yung-Chun Liu dan Ron A. Harris, berhasil melakukan simulasi gempa dan tsunami Banda 1629

Menurut riset keduanya berjudul “Discovery of possible mega-thrust earthquake along the Seram Trough from records of 1629 tsunami in eastern Indonesian region” (2013), bencana ini digolongkan sebagai gempa megathrust.

Gempa diakibatkan oleh tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia, tepatnya di zona subduksi lempeng Banda di Selatan Pulau Seram. Gempa ini juga bukan peristiwa tunggal.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Lewat perhitungan matematis, peneliti dari Brigham Young University itu mengungkap gempa-gempa susulan terus berlangsung selama sembilan tahun setelah kejadian utama. Efeknya pun dirasakan hingga radius 300 kilometer dari pusat gempa.

0 Komentar