Fenomena Gelombang Panas, Pisang dan Labu di Korea Selatan Tumbuh Matang

Kombinasi foto ini menunjukkan dampak gelombang panas rekor di Korea Selatan dengan kiri menunjukkan pisang ya
Kombinasi foto ini menunjukkan dampak gelombang panas rekor di Korea Selatan dengan kiri menunjukkan pisang yang tumbuh di luar ruangan di Seoul dan labu \"setengah matang\" di ladang di Pulau Jeju (Yonhap, Peternakan Bollesom Jeju)
0 Komentar

HAL tak biasa terjadi di Korea Selatan saat fenomena gelombang panas melanda negara tersebut. Pisang dan Labu dilaporkan tumbuh matang saat suhu mencapai 35,8 derajat celcius.

Biasanya pisang tumbuh di kawasan Asia Tenggara atau Pasifik Selatan. Untuk Korea Selatan biasanya ditanam di dalam rumah kaca.

Namun kini pohon pisang tumbuh di luar ruangan yang berada di Seoul, ibu kota Korea Selatan.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Laporan News 1 mengungkap foto-foto dari Chungsoo Weekend Farm di Nowon, Seoul bagian timur laut. Pohon pisang terlihat lebih tinggi dari rata-rata orang dewasa bersama dengan tiga tandan di bawah daunnya, dikutip The Korea Herald, Sabtu (2/8/2025).

Sementara di Jeju, labu tumbuh matang karena cuaca yang panas. Ini diungkap pemilik Kebun Bollesom di pulau tersebut, yang juga mengungkap bagian dalam labu terlihat agak matang.

Menurut pemilik kebun, kejadian ini pernah terjadi sebelumnya. Namun baru kali ini dampaknya mencapai 30%.

Korea Selatan memang tengah dilanda suhu panas ekstrem selama beberapa waktu terakhir. Selama 22 malam hari berturut-turut di Seoul mencapai di atas 25 derajat.

Mengutip Channel News Asia, Juli juga menjadi malam terpanas pada hari Rabu waktu setempat. Suhu terendahnya mencapai 29,3 derajat Celcius.

Keadaan ini kemungkinan akan terus berlanjut di Seoul, ungkap kantor meteorologi setempat. Divisi Prakiraan Meteorologi Seoul, Youn Ki Han mengatakan udara hangat dari North Pacific High berdampak lebih awal di Korea Selatan.

Hal ini membuat panas menjadi terakumulasi. Berbeda saat cuaca panas hanya sehari, karena akan kembali normal dengan cepat.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

“Namun saat kondisi hangat terjadi selama beberapa hari, panas tidak sepenuhnya hilang. Ini akan bertahan dan terakumulasi setiap harinya,” dia menjelaskan.

Panas ekstrem ini diduga menyebabkan 13 orang meninggal, jumlah itu tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu. Begitu juga ratusan ribu ternak dilaporkan mati karena cuaca tersebut.

0 Komentar