DI tengah beragam kecaman terhadap otoritas Zionis, media Israel, the Jerusalem Post menulis artikel yang memuji kurikulum pembelajaran Indonesia.
The Jerusalem Post mengutip sebuah penilaian baru oleh IMPACT-se, sebuah lembaga penelitian dan kebijakan internasional, yang menyoroti pertumbuhan inklusivitas dalam ‘Kurikulum Merdeka’ di Indonesia.
Laporan itu menilai bahwa buku teks nasional Indonesia sedang mengalami transformasi yang signifikan dalam perbaikan sikap terhadap Yahudi, Israel, dan kelompok minoritas. Buku teks ini sekaligus mempromosikan kesetaraan gender dan membingkai ulang konsep-konsep seperti jihad.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Studi menganalisis lebih dari empat puluh buku teks humaniora dari kurikulum baru dan membandingkannya dengan edisi sebelumnya. IMPACT-se menemukan keselarasan yang lebih erat dengan standar pendidikan perdamaian dan toleransi yang diturunkan dari UNESCO.
“Sangat menggembirakan melihat buku teks Indonesia berada di jalur yang tegas menuju pertumbuhan inklusivitas,” ujar Marcus Sheff, CEO IMPACT-se.
Media Israel bukan kali pertama menulis tentang Indonesia. Sebelumnya sejumlah media di sana pernah memberitakan soal hubungan rahasia Israel dan Indonesia, termasuk di bidang perdagangan. Klaim sepihak itu telah dibantah oleh pemerintah Indonesia.
Dalam tulisan teranyar ini, IMPACT-se juga mencatat bahwa penggambaran negatif tentang Israel yang ditemukan dalam edisi buku sebelumnya telah dihilangkan. Ini menandakan pendekatan pendidikan yang lebih netral dan bertanggung jawab.
Sheff juga menekankan bahwa kurikulum kini merangkul minoritas agama di Indonesia. Sikap yang diungkapkan dalam buku teks terhadap orang Yahudi dan Yudaisme semakin positif. IMPACT-se memperkirakan tren ini akan terus berlanjut, dalam membentuk pandangan 58 juta anak.
Kurikulum nasional Indonesia dinilai telah mengalami beberapa perubahan dalam konten kurikulum, terutama pada mata pelajaran seperti Yudaisme dan orang Yahudi, Israel dan Holocaust, serta minoritas. Penekanan pada interpretasi jihad tanpa kekerasan ditempatkan dalam buku teks, dan pandangan yang lebih terbuka tentang identitas gender dan anggota komunitas LGBT.
“Kurikulum Merdeka” dinilai juga menyajikan penggambaran yang jauh lebih seimbang dan toleran terhadap kaum Yahudi, dibandingkan dengan buku-buku teks sebelumnya.
Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda
Buku teks ini mengakui kaum Yahudi sebagai “Ahli Kitab” yang layak mendapatkan kesetaraan, menegaskan bahwa Taurat sebagian selaras dengan Alqur’an, dan bahkan memuji “kearifan ekologis Sabat Yahudi”.