Hasil Forensik Psikologi: Tugasnya di Direktorat Perlindungan WNI Kemlu, Arya Daru Alami Burnout

Alat kontrasepsi dan pelumas menjadi barang bukti kasus kematian Diplomat Arya Daru saat ditampilkan di Polda
Alat kontrasepsi dan pelumas menjadi barang bukti kasus kematian Diplomat Arya Daru saat ditampilkan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
0 Komentar

ASOSIASI Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) mengungkapkan hasil forensik psikologi terhadap jenazah diplomat muda Arya Daru. Forensik psikologi dilakukan melalui berbagai metode, di antaranya melalui penggalian informasi kepada keluarga hingga kerabat Arya Daru.

Hasil forensik psikologi menunjukkan bahwa Arya Daru dikenal sebagai pribadi dengan karakter yang positif, bertanggung jawab, sangat diandalkan, dan peduli terhadap lingkungan.

“Sebagai sosok yang positif di lingkungan, almarhum kesulitan mengekspresikan negatif tekanan tinggi. Bagaimana almarhum memandang lingkungan, memandang masa depan, berupaya tidak menunjukkan di depan orang lain,” kata perwakilan Apsifor dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (29/7).

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Selain itu, Arya Daru diketahui mengalami burnout karena tugasnya sebagai diplomat di Direktorat Perlindungan WNI Kemlu.

“Bahwa masa-masa akhir kehidupannya sebagai diplomat, almarhum mulai melakukan tugas melindungi WNI, menjalankan tugas profesional sebagai rescuer bagi WNI yang terjebak situasi krisis,” jelasnya.

“Peran itu menuntut empati yang tinggi, ketahanan psikologis. Ini menimbulkan dampak burnout, fatigue. Dinamika psikologis itu kami temukan di akhir kehidupan,” tegasnya.

Kondisi tersebut, lanjut Apsifor, mempengaruhi proses pengambilan keputusan Arya Daru terkait cara kematiannya.

“Kami memahami tekanan psikologis mereka yang tampak kuat, bahwa tidak semua tekanan tampak secara kasat mata. Banyak individu menyimpan sendiri karena ada stigma. Oleh karena itu, kami dorong semua pihak untuk menyediakan ekspresi emosi secara sehat, hilangkan stigma ke orang yang mencari bantuan psikologis,” pungkasnya.

0 Komentar