KEPALA badan intelijen luar negeri Israel, Mossad, dilaporkan menghubungi Indonesia dalam upaya evakuasi besar-besaran warga Palestina dari Jalur Gaza. Informasi ini diungkap Axios dalam laporan eksklusif pada Jumat, 18 Juli 2025.
Menurut laporan tersebut, Direktur Mossad David Barnea melakukan kunjungan ke Washington awal pekan ini dan bertemu dengan utusan Gedung Putih, Steve Witkoff. Dalam pertemuan itu, Barnea menyatakan bahwa Israel telah menjalin komunikasi intensif dengan tiga negara, yakni Ethiopia, Indonesia, dan Libya. Ketiga negara itu disebut “terbuka” untuk menerima ratusan ribu warga Palestina dari Gaza.
“Barnea menyarankan agar Amerika Serikat memberikan insentif kepada negara-negara tersebut dan membantu Israel meyakinkan mereka,” tulis Axios, mengutip dua sumber yang mengetahui langsung isi pembicaraan tersebut.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Israel untuk memindahkan sebagian besar populasi Gaza ke luar wilayah tersebut. Meski disebut sebagai relokasi “sukarela,” para ahli hukum internasional dari Israel dan AS menyebut rencana ini berpotensi melanggar hukum perang.
Laporan Axios juga menyebut bahwa pihak Gedung Putih belum menunjukkan komitmen atas permintaan tersebut.
“Witkoff bersikap tidak memberi komitmen,” ungkap salah satu sumber.
Hingga laporan ini terbit, pihak Axios mengklaim telah mencoba menghubungi ketiga negara tersebut. Namun, pemerintah Indonesia, Ethiopia, dan Libya belum memberikan tanggapan resmi sampai berita ini terbit. Demikian pula dengan Kantor Perdana Menteri Israel dan Kementerian Luar Negeri ketiga negara tersebut.
Rencana relokasi ini menuai keprihatinan internasional. Hampir seluruh warga Gaza telah mengungsi setidaknya satu kali selama perang berlangsung. Sebagian besar bangunan di wilayah tersebut juga mengalami kerusakan atau hancur.
Israel disebut tengah menyusun rencana untuk memindahkan dua juta warga Gaza ke zona “kemanusiaan” di dekat perbatasan Mesir. Namun rencana itu memicu kekhawatiran Mesir dan negara-negara Barat, yang mencurigai Israel berusaha memfasilitasi eksodus massal Palestina dari Gaza.
Seorang pejabat senior Israel mengklaim bahwa relokasi akan dilakukan secara sukarela dan bahwa warga Palestina yang meninggalkan Gaza akan diperbolehkan kembali kapan saja. Namun pernyataan tersebut menuai keraguan dari komunitas internasional.