Celios: Penurunan Tarif Bea Masuk Amerika Serikat Terhadap Produk Ekspor Indonesia Picu Ancaman

Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara. (Foto: ANTARA)
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara. (Foto: ANTARA)
0 Komentar

PEMERINTAH RI telah mencapai kesepakatan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pengenaan tarif impor produk-produk asal Indonesia sebesar 19 persen.

Kesepakatan itu dicapai usai Presiden RI Prabowo Subianto melakukan panggilan telepon dengan Trump terkait tarif impor pada Selasa, 15 Juli.

Lantas, bagaimana dampaknya ke Indonesia setelah tarif impor itu diberlakukan?

Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, penurunan tarif bea masuk AS terhadap produk ekspor Indonesia bisa menimbulkan ancaman ke depannya.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Menurut Bhima, pemerintah perlu mewaspadai adanya peningkatan impor terhadap barang-barang AS.

“Tarif 19 persen untuk barang ekspor Indonesia ke AS, sementara AS bisa mendapat fasilitas 0 persen, sebenarnya punya risiko tinggi bagi neraca dagang Indonesia,” ujar Bhima kepada VOI, Jumat, 18 Juli.

Salah satu sektor yang dinilai paling berpotensi terdampak adalah pangan, khususnya gandum.

Bhima berpandangan, AS akan sangat diuntungkan dari ekspor gandum ke Indonesia karena dibebaskan tarif masuk.

Hal tersebut diyakini bisa mengganggu upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.

“Konsumen mungkin senang harga mie instan dan roti bakal turun, tapi produsen pangan lokal terimbas dampak negatifnya,” kata dia.

Lebih lanjut, Bhima juga mengingatkan, sepanjang 2024, nilai impor lima jenis produk utama dari AS, yakni migas, produk farmasi, serealia dan gandum, suku cadang pesawat serta produk elektronik telah menembus angka 5,37 miliar dolar AS atau sekitar Rp87,3 triliun.

Baca Juga:Sekjen DPR Sebut Terima Surat Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Gibran: Kami Teruskan ke PimpinanKetua Koperasi Al- Azariyah dan Pengawas Operasional Tersangka Insiden Longsor Tambang Galian C Gunung Kuda

Dengan demikian, kata Bhima, ke depan akan ada potensi kenaikan impor dari AS yang diyakini bisa menggerus surplus neraca perdagangan Indonesia.

“Jangan terlalu bergantung pada ekspor ke AS karena hasil negosiasi tarif tetap merugikan posisi Indonesia,” ucapnya.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan, pihaknya telah mencapai kesepakatan dagang dengan Indonesia.

Dalam kesepakatan tersebut, barang-barang asal Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 19 persen, sementara ekspor dari AS ke Indonesia tidak akan dikenakan pajak.

“Indonesia akan membayar Amerika Serikat tarif 19 persen untuk semua barang yang mereka ekspor kepada kami, sementara ekspor AS ke Indonesia akan bebas hambatan tarif dan non-tarif,” tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump di media sosial Truth Social pada Selasa, 16 Juli 2025.

0 Komentar