Simbol Spiritualitas Kekuasaan dari Gunung Lawu

Gunung Lawu. Foto/Istimewa
Gunung Lawu. Foto/Istimewa
0 Komentar

DALAM sejarah Jawa, nama Prabu Brawijaya V mewakili akhir dari satu bab besar: runtuhnya Kerajaan Majapahit. Ketika kerajaan diserang dari segala penjuru, sang raja terakhir itu dikisahkan mengasingkan diri, melakukan moksa—lenyap secara spiritual—di Gunung Lawu.

Lawu menjadi pusara imajiner kejayaan Majapahit, dan sejak itu, gunung ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para leluhur Jawa.

Ratusan tahun setelahnya, seorang anak desa dari Kemusuk, Soeharto, mulai rutin melakukan tapa di Lawu. Ia bukan siapa-siapa, hingga menjadi penguasa Orde Baru selama 32 tahun. Banyak yang percaya, Lawu adalah tempatnya bernegosiasi dengan kekuatan supranatural yang kelak memayungi kekuasaannya, meskipun tidak bisa dilepaskan dari sejarah kedekatan sang istri, Bu Tien Soeharto, dengan wilayah tersebut. Saat wafat, Soeharto dan Bu Tien pun dimakamkan tak jauh dari lereng Lawu—menyatu kembali dengan energi yang pernah mereka datangi berkali-kali.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Dari lereng Lawu juga lahir Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Jawa Tengah. Ia berasal dari Tawangmangu, kawasan sejuk yang bersandar langsung pada kaki Gunung Lawu. Selama dua periode memimpin Jawa Tengah, Ganjar dikenal dekat dengan rakyat dan kerap bersinggungan dengan aura populisme Jokowi.

Lalu tentu saja, Jokowi. Meski bukan kelahiran Karanganyar, kota yang memayungi Lawu, Jokowi membangun rumah pensiunnya di Colomadu—wilayah administratif Karanganyar yang sangat dekat dengan Solo, kampung halamannya. Solo memang cukup berjarak dengan Lawu, namun masih jadi bagian dari area mistisisme kepemimpinan Jawa karena Karanganyar adalah bagian dari Solo Raya.

Lain lagi ceritanya dengan Presiden Prabowo Subianto. Dalam satu peristiwa unik di tahun 2023, Prabowo sempat bergurau bahwa dirinya akan mencari calon wakil presiden dari goa di Gunung Lawu. Kalimat ini, meski terdengar lelucon, justru menegaskan betapa Lawu menempati posisi istimewa dalam imajinasi politik nasional. Dan cawapres yang dipilih adalah… Gibran Rakabuming Raka, putra dari Jokowi.

Kini, serangan datang dari segala arah kepada Jokowi pasca tak lagi menjabat. Isu ijazah palsu, gugatan pemakzulan Gibran, hingga upaya menyingkirkan loyalis Jokowi dari kabinet Prabowo, semuanya membentuk tekanan multidimensi. Dalam kondisi seperti ini, narasi Brawijaya V kembali muncul. Jokowi tampak seperti sang raja terakhir: terpojok dari berbagai sisi, tapi tetap teguh menatap ke depan.

0 Komentar