Namun di balik canda tawa itu, tersembunyi maksud yang lebih dalam: memulihkan kedekatan dengan diri sendiri sebelum mampu hadir utuh untuk anak-anak mereka.
Parent’s Deep Talk: Sesi Reflektif yang Menyentuh Luka Lama
Selepas sesi permainan, suasana bergeser menjadi lebih hening dan kontemplatif. Melalui Parent’s Deep Talk, setiap peserta mendapat setumpuk kartu refleksi. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti “Apa pengalaman masa kecil yang paling membekas?” atau “Bagaimana Anda diperlakukan ketika gagal?” menjadi kunci membuka pintu ingatan lama.
Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional
Tak sedikit yang terdiam, menarik napas panjang, bahkan meneteskan air mata ketika menyadari banyak pola pengasuhan lama yang masih terbawa hingga kini — pola yang terkadang melukai, tanpa disadari siap diteruskan kepada anak-anak mereka.
“Kegiatan ini jadi semacam ruang terapi. Rasanya lega ketika bisa menceritakan pengalaman masa kecil yang selama ini saya simpan sendiri,” ujar seorang bunda yang berkisah tentang pengasuhan otoriter di masa kecilnya.
Menyatukan Visi, Menyatukan Hati
Setelah sesi refleksi personal, peserta diajak mendiskusikan visi pengasuhan sebagai pasangan. Pertanyaan-pertanyaan kritis dilemparkan: Apakah kita sudah satu suara dalam cara mendidik anak? Apakah kita sadar pola asuh apa yang ingin diteruskan atau dihentikan?
Menurut American Psychological Association, konflik pengasuhan yang tidak terkelola berkontribusi pada penurunan 42% tingkat kesejahteraan emosional anak. Karena itu, School of Life Lebah Putih menekankan pentingnya sesi penyatuan visi ini agar rumah dan sekolah menjadi ruang tumbuh yang konsisten.
Diskusi Malam Bersama Founder: Anak Kita, Tanggung Jawab Bersama
Malam harinya, suasana semakin akrab dalam sesi diskusi bersama Septi Peni Wulandani. Dikenal sebagai penggagas pendidikan berbasis keluarga, Septi memaparkan filosofi sekolah yang tidak hanya mendidik anak, tetapi mendampingi keluarga menjadi lebih sadar dan bertumbuh bersama.
“Kalau sudah masuk di Lebah Putih dan Arunika, siap-siap anak kita jadi banyak, dan orangtua anak kita juga jadi banyak. Karena anakku ya anakmu, dan anakmu ya anakku,” ungkap Septi, disambut senyum haru para peserta.