KTT BRICS di Brazil Tanpa Vladimir Putin dan Xi Jinping Picu Tanda Tanya Serius

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan di sela-sela pertemua puncak BRICS
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan di sela-sela pertemua puncak BRICS di Kazan, Rusia, Oktober 2024. (Foto: AFP/Maxim Shipenkov)
0 Komentar

AJANG pertemuan puncak BRICS di Brasil, Minggu (6/7/2025), dipastikan tanpa kehadiran dua tokoh sentral: Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping. Absennya dua pemimpin berpengaruh ini sontak memicu pertanyaan serius: apakah perluasan keanggotaan BRICS telah mengurangi daya tarik ideologis bagi duo pendiri ini?

Mengutip The Guardian, Sabtu (5/7/2025), Xi Jinping biasanya tak pernah absen dalam 12 tahun terakhir KTT BRICS. Tapi kali ini, ia memilih mangkir. Tak ada alasan resmi dari Beijing, mereka hanya mengirim Perdana Menteri Li Qiang sebagai perwakilan.

Sementara itu, absensi Putin lebih ‘terang benderang’. Ia masih menghadapi surat perintah penangkapan dari Pengadilan Pidana Internasional (ICC). Banyak pihak menduga, Putin sengaja tak datang ke Rio de Janeiro sebagai ‘penghormatan’ kepada Brasil yang merupakan penandatangan undang-undang ICC.

Baca Juga:Ketika Manusia Bertanya dan Mengugat, Jokowi Sudah MenjawabnyaUsai Aksi Protes Penggerebekan Imigrasi, Los Angeles Rusuh Donald Trump Kirim Ribuan Garda Nasional

Ini bukan kali pertama Putin ‘ngumpet’. Tahun 2023 lalu, ia juga absen di KTT BRICS Afrika Selatan karena Presiden Cyril Ramaphosa tak bisa menjamin keamanannya dari potensi penangkapan ICC. Putin dituduh ICC terlibat dalam penculikan dan deportasi puluhan ribu anak-anak Ukraina.

BRICS, yang awalnya digadang sebagai alternatif kelompok negara berkembang untuk mengimbangi kekuatan G7, memang telah mengalami perluasan pesat dalam dua tahun terakhir. Dulu cuma Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Tahun lalu, anggotanya bertambah, meliputi Indonesia, Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Sebuah kolaborasi yang heterogen, terdiri dari negara-negara dengan berbagai tahap pembangunan ekonomi dan, yang menarik, berbagai tingkat antagonisme terhadap Barat.

Namun, penambahan anggota ini justru membuat BRICS cenderung condong ke arah autokrasi. Konsekuensinya? Brasil, Afrika Selatan, dan India, yang lebih demokratis, merasa tidak nyaman.

Brasil sendiri melihat BRICS sebagai salah satu tanda tatanan dunia baru yang sedang muncul. Berbicara di Overseas Development Institute, mantan menteri luar negeri Brasil yang kini Dubes untuk Inggris, Antonio Patriota, menyebut kebijakan luar negeri Donald Trump yang mengutamakan Amerika akan mengubah tatanan dunia. Dari AS sebagai negara adikuasa tunggal, menjadi dunia multipolar dengan kekuatan yang tersebar lebih merata.

0 Komentar